PSIKOLOGI DI LINGKUNGAN BARAT


 PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi
Pradigma psikologi terus berkembang seiring berjalannya sejarah dan berkembangnya teori teori baru sehingga definisinya pun terus mengalami perubahan. Pada tahun 1929, psikologi didefinisikan sebagai studi tentang kesadaran (consciosness). Antara tahun 1930 sampai dengan tahun 1070-an, psikologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang prilaku (behavior). Sesudah itu, psikologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang prilaku dan proses mental. Dalam hal ini definisi psikologi, menyangkut dua hal pokok, yaitu prilaku nampak (overt behavior) dan proses mental (kognisi). Berdasarkan definisi lain, psikologi adalah Studi ilmu tentang prilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesenya maupun latar belakangnya. Woodwoth dan Marqus mendefinisikan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prilaku atau kegiatan psikis induvidu dalam hubungannya dengan lingkungan (dunia) disekitarnya.[1]
Kata psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche  yang berarti jiwa dan logos  yang berarti lmu. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu jiwa tersebut dianggap terlalu abstrak dan kurang ilmiah sehingga istilah psikologi sebagai ilmu jiwa mulai ditinggalkan. Sejak saat itu, psikologi dipahami sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang tidak lagi mempelajari tentang jiwa, tetapi membicarakan tentang gejala-gejala jiwa yang terlihat dan terukur. Sejak saat itu, gejala-gejala kejiwaan tersebut dikenal dengan gejala-gejala psikologis atau psikis.[2]
Psikologi, baru diakui sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Willhems Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia. Pada tahun 1879, Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di Universitay of Lipzig, German. Dengan adanya laboratorium ini, maka untuk memahami manusia telah diguanakan metode ilmiah, sehingga terpenuhilah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan. Tahun berdirinya laboratorium Wundt (1879) tersebut diakui sebagai tahun berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Sebagai ilmu, psikologi memiliki tiga fungsi ilmu, yaitu:
1.      Menjelaskan (understanding function): yaitu mampu menjawab apa, bagaimana, dan mengapa prilaku itu terjadi. Hasilnya berupa deskripsi atau bahasan yang sifatnya memberi penjelasan.
2.      Memprediksi (prediction function): yaitu mampu memprediksi dan mendeteksi prilaku apa dan bagaimana yang akan terjadi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya (fungsi predicting).
3.      Pengendalian (Control function): yaitu mengendalikan prilaku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi. Orang belajar psikologi agar mampu menguasai dirinya dan terampil mengatasi permasalahan dengan psikologi.[3]

B.     Sejarah Psikologi
Pada garis besarnya, sejarah psikologi dibagi dalam tiga Periode, yaitu yunani kuno, pasca Renaisans dan akhirnya akhir abad 19.



1.      Psikologi Menjadi Bagian Dari Filsafat ( Masa Yunanii Kuno )
Pada awalnya psikologi adalah sebagai bagian dari filsafat (sejak zaman sebelum masehi sampai abad pertengahan). Psikologi sebagai bagian dari filsafat yaitu ilmu yang mencari hakikat sesuatu dengan menciptakam pertanyaan dan jawaban secara terus menerus sehingga mencapai pengertian yang hakiki. Objeknya adalah hakikat jiwa dan menggunakan metode argumentasi logika.
Tokoh-tokohnya adalah Plato, Aristoteles, Descartes, John Locke.
a.      Plato ( ± 400 tahun SM )
Menurut Plato, jiwa manusia itu terdiri dari dua bagian, yaitu : jiwa rohaniah dan badaniah. Jiwa rohaniah berasal dari dunia abadi karena itu kekal tidak pernah mati, sedangkan jiwa badaniyah akan gugur bersama-sama dengan ragam manusia. Jiwa rohaniyah sebagai jiwa yang tertinggi bersumber pada ratio dan logika manusia, dan jiwa bertugas menemukan kebenaran yang abadi yang terletak dibalik kenyataan didunia ini hal ini dilakukan dengan cara berfikir dengan ratio dan mengingat akan ide-ide yang benar yang berasal dari dunia abadi.
b.      Aristoteles ( tahun 384 – 323 SM )
Meskipun Aristoteles murid Plato, akan tetapi pendapat filsafatnya tentang jiwa berbeda dengan Plato. Kalau menurut Plato hanya manusia yang mempunyai jiwa, tetapi menurut Aristoteles semua makhluk hidup mempunyai jiwa; dan jiwa ini bertingkat-tingkat. Taraf paling rendah dimiliki oleh jiwa tumbuh-rumbuhan yang disebutkan “jiwa Vegetatif” seseudah itu terdapat jiwa hewan atau “jiwa Sensitif” dan pada akhirnya terdapat jiwa manusia atau “jika intelektif” yang mempunyai taraf kehidupan yang tertinggi. Pembagian taraf kehidupan tersebut berdasarkan taraf-taraf daya kemampuan yang dimiliki masing-masing jiwa itu.
c.       Descartes ( 1596- 1650 )
Descrates seorang tokoh filsafat aliran rasionalisme juga mempunyai pengaruh yang cukup besar kepada perkembangan ilmu jiwa. Menurut Descartes, manusia itu terbagi dua macam zat yang secara hakiki berbeda, yaitu : “rescognitas” atau zat yang dapat berfikir dan “res extensa” atau zat yang mempunyai luas. Zat yang pertama adalah zat yang bebas, tidak terkait oleh hukum alam serta bersifat rohaniah. Sedangkat zat yang kedua adalah yang bersifat materi, tidak bebas, terkait dan dikuasai oleh hukum alam. Jiwa manusia terdiri dari zat roh itu, sedangkan badannya terdiri dari zat materi. Kedua zat itu berbeda dab terpisah kehidupannya dan satu sama lainnya dapat dihubungi melalui sebuah kelenjar yang ada didalam otak.
d.      John Locke ( 1632 – 1704 )
Filosof lainya yang pendapatnya cukup penting dalam riwayat perkembangan ilmu jiwa ialah John Locke, seorang inggris yang telah menjadi pendahulu aliran ilmu jiwa filsafat yang disebut aliran ilmu jiwa asosiasi.
Locke ini juga mewakili aliran filsafat empirisme. Menurut aliran ini, pengalaman atau empiris itulah yang menjadi sumber segala pengetahuan dan gejala-gejala kejiwaan manusia; dalam hubungan ini John Locke berpendapat :
1.      Semua pengetahuan, tanggapan dan perasaan jiwa manusia itu diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat inderanya. Pada waktu dilahirkan, jiwanya kosong bagaikan sehelai kertas putih yang tidak tertulisi (Tabula rasa). Segala-galanya yang “ tertulis “ pada helai kosong tadi tertulis oleh pengalam-pengalamannya sendiri sedari kecil mula, melalui alat panca inderanya. Semua pergolakan jiwanya itu tersusun oleh pengalaman-pengalaman melalui panca inderanya.
2.      Susunan gejala-gejala jiwa manusia menurut Locke itu pada akhirnya terdiri atas unsur-unsur pengalaman sederhana yang menggabungkan diri menjadi gejala-gejala jiwa yang lebih rumit, seperti komplek-komplek perasaan, berteori yang lebih sulit, dan sebagainya. Unsur-unsur pengalaman yang sederhana itu ada dua macam yaitu Sensation dan Reflektion.[4]
Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and observation, the real activity of living organism. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam. Ada 5 orientasi : naturalistic, biological, mathematical, eclectic, dan humanistic.
1.      Naturalistic : adanya elemen dasar bagi penentu kehidupan. Contoh : Thales (air), Anaximenes (udara). Ide tentang Permanence vs Change dari zat yang dianalogikan kepada aktivitias manusia, menimbulkan ide tentang jiwa Pola pikir deduktif : generalisasi gejala alam pada perilaku manusia.
2.      Biologic : Mengangkat posisi manusia di atas gejala alam yang lain, memisahkan proses-proses pada manusia dari proses-proses yang ada pada mahluk lain di alam. Proses-proses fisiologis primer untuk menjelaskan perilaku manusia Tokoh : Hippocrates, Alcmeon, Empedocles.
3.      Mathematical : Pendekatan yang melangkah lebih jauh dari dasar dunia fisik, mengarahkan pada hal-hal yang logis tapi abstrak, merupakan bekal bagi kekuatan reason.
4.      Eclectic : Menentang ide adanya suatu prinsip dasar dan ‘kebenaran umum’. Idenya sangat mendasar berbeda dari orientasi lainnya. Menekankan pada informasi sensoris, sangat operasional dan praktis Sikap ilmuwan harus skeptik Tokoh : The sophists- universal lecturers.
5.      Humanistic : Fokus : rationality & intentionality. Ratio adalah penentu kehidupan manusia beserta segala konsekuensinya. Tokoh utama : Socrates.[5]
Sebenarnya sejak berabad-abad lamanya manusia telah berilmu jiwa yaitu memikirkan secara khusus apa sebenarnya hakekat jiwa manusia itu termasuk jiwa-jiwa makhuk lainya. Pemikiran pemikiran yang dilakukan orang-orang dahulu untuk memperoleh pengetahuan tentan hakikat jiwa tersebut ditempuh dengan cara berfilsafat. Dan hasil pemikiran filsafat pada zaman lampau ialah “atomistis” yaitu bahwa jiwa manusia itu dianggap sebagai sesuatu yang konstan dan tidak berubah-ubah dan jiwa demikian itu dapat dianalisa kedalam unsur-unsurnya tersendiri yang masing-masing bekerja sendiri-sendiri terpisah satu dengan yang lainnya. Pandangan ilmu jiwa zaman lampau yang filosofis dan atomistis itu jelasnya tidaknya menganggap bahwa jiwa manusia terpisah dari raganya, akan tetapi juga menganggap jiwa tersebut mimiliki daya-daya tertentu yang bekerja / berfungsi sendiri-sendiri secara terbatas tanpa ada hubungan yang berkesinambungan antara satu dan yang lainnya. Pandangan atomistis seperti ini nampak jelas pada hasil pemikiran para filosof pada sejak zaman Plato sampai pertengahan adab ke-19 ; sebagai pandangan yang khas  dari pada ilmu jiwa zaman lampau ketika masih dalam lingkungan filsafat, dan belum berdiri sendiri sebagai suatu ilmu pengetahuan yang otonom dengan metode otonom pula. Hal yang terlahir ini baru terjadi pada akhir abad 19, dengan lahirnya aliran “experimental psychology” yang tidak hanya berfilsafat saja mengenai gejala-gejala kejiwaan melainkan juga menelitinya secara empiris dengan menggunakan metode-metode penelitian ilmiah yang seobjek mungkin.[6]
2.      Psikologi Menjadi bagian Fisiologi ( Pasca Renaisans )
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal (Fisiologi) muncul pada abad 19 seiring dengan kemajuan ilmu alam (natural science) . Pada fase ini pemikiran tentang manusia terus berkembang dan banyak dilakukan eksplorasi fisiologis manusia secara empiris. Pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu: Apa itu jiwa (soul) ?, Bagaimana bentuk konkritnya ?, Bagaimana mengukurnya ?, Bagaimana hubungan body-soul ? , Konteks keilmuan abad 19 : Riset empirik yang banyak dilakukan pada bidang fisiologis mencakup : aktivitas syaraf, sensasi/penginderaan, dan fisiologis otak. Hasil riset pada ketiga bidang ini sangat signifikan membuka wawasan mengenai manusia sehingga memperkuat pandangan para ilmuwan saat itu akan pentingnya strategi empiris yang sistematis dalam setiap bidang keilmuan. Bagi psikologi hasil-hasil ini memberi jalan untuk membangun dasar fisiologis bagi operasi-operasi mental.[7]
Pola pikir lebih mekanistis dalam memandang alam dan manusia, artinya alam memiliki system, dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spiritual belaka. Manusia juga memiliki alasan kemampuan untuk berfikir logis sehingga tidak hanya tunduk total kepada hukum spiritual dan kesetiaan. Pada periode itu muncul teori Newton tentang grafitasi, teori Heliosentris Copernicus (bertentangan dengan galileo), berkembang teori mind-body solution dari Descartes (manuisa memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan).
Sebenarnya ada tiga bidang yang berkembang pada periode psikologi menjadi bagia dari fisiologi, yaitu :
a.      Fisiologis :
Kemajuan-kemajuan dibidang fisiologis meliputi riset-riset dibidang aktifitas syaraf, sensasi dan otak yang memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang sebelumnya dianggap fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.
Tokoh-tokoh yang mengembang bidang fisiologis pada periode tersebut adalah : Sir Charles Bell (1774-1842), Charles Bell-franscoise Magendie (1783-1855), Johannes Mueller (1801-1858), Paul Broca (1824-1880), Fierre Flaurens (1794-1867).
b.      Psikofisiologis
Psikofisiologis, adalah bagian dari disiplin ilmu fisiolofi yang memfokuskan pada Subjectif Experience dalam mempelajari hubungan antara stimulus fisik dan sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh panca indera manusia dipandang sebagai refleksi hubungan soul-body dan tidak semata-mata dijelaskan dari sudut anatomi atau fisik saja. Psikofisiologis merupakan tahap transis yang krusial antara bidang fisiologis dengan awal pemunculan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu oleh karena itu para tokoh psikofisiologis dapat dianggap sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan psikofisiologis pada periode itu adalah : Gustav Theodor Fechner dan Hermann Von Helmholtz (1821-1894).[8]
c.       Evolusi da Psikiatri
Evolusi , yang dikemukakan oleh Charles Darwin (1809-1882), merupakan titik penting dalam pemikiran mengenai manusia karena mengajukan ide bahwa keberadaan manusia merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup dengan alam manusia bukan secara spesial diciptakan dan dengan demikaian perbedaannya dengan makhluk lain hanya bersifat gradual bukan kualitas. Pandangan ini penting dan relevan sekali bagi perkembangan psikologi, terutama memberika ide mengenai individual defferience, perbedaan antar induvidu juga sifatnya hanya gradual, bukan kualitas. Tokoh lain yang menegembangkan teori Evolusi Francis Galton (1822-1911) yang dikenal sebagai bapak psikologi experimental Inggris. Ganton menampilkan aspek dan keguaan praktis dari teoti evolusi Darwin, mentranfer teori Darwin dari kontek biologis ke dalam konteks perbaikan dalam masyarakat.
3.      Psikologi sebagai ilmu yang mandiri ( akhir abad 19 )
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri, sejak labolatorium psikologi pertama didunia didikaran di Lipzig, tahun 1879, oleh Willhelm Wundt. Wundt mempelajari indera terutama penglihatan. Metode yang dipakai mempelajari proses mental introspeksi dan experiment (salah satunya adalah waktu reaksi). Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan metode-metodenya sendiri dalam pembuktian dan penyelidiakannya kemudain timbullah aliran-aliran yang bercorak khusus. Tahun 1883 berdiri labolatorium serupa di Universitas John Hopkins.
a.       Pada Tahun 1979, Willhelm Wundt (filsof, dokter, sosiolog dan ahli hukum dari german) mendirikan labolatorium psikologi di lipzig, german. Labolatorium ini merupakan labolatorium psikologi pertama didunia.
b.      Wundt menyatakan bahwa objek telaah psikologi bukan lagi berupa hakikat jiwa, yang tidak bisa di observasi tetapi femonema-fenomena kejiwaan berupa prilaku.
c.       Wundt juga menyataka bahwa gejala-gelaja jiwa tidak dapat diterangkan semata-mata berdasarka proses alam sebagaimana dijelaskan melalui fisiologi. Fisiologi hanya berfungsi sebagai ilmu bantu psikologi.
d.      Gejala-gejala jiwa diteliti oleh Wundt dilaboratorium dengan menggunakan metode eksperimen.
e.       Eksperimen dilakukan dengan teknik tertentu dan faktor subjek tidak dapat diabaikan. Untuk itu Wundt menggunakan teknik intropeksi.
f.       Hasil-hasil penelitian Wundt dipublikasikan dalam bentuk buku dan sejak itu psikologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu dan kemudian mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan munculnya aliran dan cabang.
g.      Tahun 1890 terbit buku The Principle Of Pyschology oleh William James (1842-1910) yang setahun kemudian menjadi professor psikologi dan sejak itu hampir semua Universitas di Amerika memiliki fakultas psikologi yang mandiri.
Diindonesia perkembangan Psikologi dimulai pada tahun 1953 yang diplopori oleh Slamet Iman Santoso dengan mendirika lembaga pendidikan psikologi pertama yang mandiri dan pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Belakanga ini kemajuan psikologi semakin pesat ini terbukti dengan munculnya tokoh-tokoh baru, misalnya B.F. Skinner (pendekatan Behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri), Roger Walcott (teori belahan otak), Albert Bandura (social Learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi), Howard Gadner (multiple intelegences), dan sebagainya.[9]
C.    Ruang Lingkup Kajian Psikologi
Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang khas mempelajari tingkah laku individu mempunyai ruang lingkup yang cukup luas mencakup berbagai lapangan dan tingkah laku manusia.
Menurut lapangannya ada psikologi yang sengaja dikembangkan untuk kegunaan praktek (disebut : psikologi praktis atau Applied Pyschology) misalnya : Psikologi kedokteran, psikologi pastoral, psikologi krimanil dan sebagainya. Disamping itu ada pula psikologi yang dipelajari dan dikembangkan untuk kepentingan berteori (psikologi teoritis) baik yang menyangkut “ jiwa umum” maupun “ jiwa khusus” yang terdapat pada individu-individu tertentu ; sehingga dikenal ada “ Psikologi umum “ dan “ Psikologi khusus “ ( Psikologi perkembangan, Psikologi pendidikan. Psikologi sosial, Psikopathologi, dan sebagainya ).
Apabila pada psikologi khusus objeknya adalah kekhususan dari pada tingkah laku atau kegiatan psikis individu maka objek psikologi umum adalah tingkah laku atau kegiatan psikis individu yang umumnya terdapat pada semua orang yang normal ( dalam keadaan biasa, tdak berkelainan atau abnormal atau tidak dalam kondisi atau situasi tertentu ), berbudaya dan bersifat dewasa ( artinya : kondisinya matang atau jenis dan tarafnya juga lengkap ). Dan jiwa umum yang dimaksud adalah menyangkut gejala jiwa seperti : pengamatan, perhatian, tanggapan, berfikir, perasaan, fantasi, ingatan, kepribadian dan sebagainya.[10]
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius; melibatkan biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan antropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa bidang kajian psikologi diantaranya :
1.      Psikologi pendidikan
Mempelajari bagaimana manusia belajar, keefiktifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
2.      Psikologi Perkembangan
Mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku manusia jejak lahir sampai lanjut usia.
3.      Psikologi Sosial
Mencakup tiga ruang lingkup, yaitu :
a.       Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : motivasi belajar, atribut.
b.      Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, prilaku meniru dan lain-lain.
c.       Studi tentang interaksi kelompok, mislanya: kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerja sama dalam kelompok, persaingan dan konflik.
4.      Psikologi Kepribadian
Mempelajari prilaku manusia dalam menyesuaikan diri angan lingkungan, kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
5.      Psikologi Industri
Memfokuskan pada studi untuk mengembangkan, mengevaluasi, dan memprediksi kemeja induvidu.
6.      Psikologi Kerekayasaan
Berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia (human error). Ketika berhubungan dengan mesin.[11]

BAB III
PENUTUP

D.    Kesimpulan

Psikologi adalah Studi ilmu tentang prilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesenya maupun latar belakangnya.
Sejarah Psikologi dibagi tiga Masa :
1.      Masa Yunani Kuno (Bagian dari Filsafat)
2.      Masa Renaisans (Bagian dari Ilmu Fisiologi)
3.      Masa Akhir Abad 19 (Sebagai Ilmu yang Mandiri)
Ruang Lingkup Kajian Psikologi :
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius; melibatkan biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan antropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa bidang kajian psikologi diantaranya :
1.      Psikologi pendidikan
2.      Psikologi Perkembangan
3.      Psikologi Sosial
4.      Psikologi Kepribadian
5.      Psikologi Industri
6.      Psikologi Kerekayasaan


DAFTAR PUSTAKA
Alisuf, M. Sabri, cetakan ke-5 2010, Pengantar Psikologi Umum & perkembangan. Jakarta: PEDOMAN ILMU JAYA.
Sumanto, cetakan ke-1 2014, Psikologi Umum. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service)







[1] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi umum,Yogyakarta : CAPS (Center of Academic Publishing Service),thn 2014,hlm: 1
[2]  M. Alisuf Sabri,pengantar psikologi umum & perkembangan,jakarta:pedoman ilmu jaya,2011, hlm: 3
[3] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi umum, hlm: 4
[4] M. Alisuf Sabri,pengantar psikologi umum & perkembangan, hlm :18-22
[5] http://rumahbelajarpsikologi.com, tanggal 25 Maret 2014, pukul 20.30
[6] Drs. M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Hlm: 17-22
[7] http://rumahbelajarpsikologi.com, tanggal 25 Maret 2014, pukul 21.00
[8] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi umu,hlm:15-16
[9] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi umum ,hlm : 12-22
[10] Drs. M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan,Hlm: 5
[11] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi umum,hlm: 6-7

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.