CONTOH PIDATO TENTANG LARANGAN MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG LAIN


Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah ta’ala,
Secara umum kita mengetahui jenis-jenis kemaksiatan yang berpotensi memperkeruh hati seorang mukmin dan memudarkan keimanan, baik yang dzahir maupun bathin, salah satunya adalah tajassus atau mencari-cari kesalahan orang lain.
Sifat ini tidak akan timbul tanpa ada pemicunya terlebih dahulu yaitu su’udzdon atau berburuk sangka terhadap seseorang. Sehingga bisa dikatakan kedua sifat ini saling berkaitan satu sama lain. Allah ta’ala melarang kedua perbuatan ini bersarang di hati hamba-Nya dalam firman-Nya surat al-Hujurat ayat 12:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain[Al-Hujurat : 12]
Mencari-cari kesalahan orang islam dan aib mereka dengan mencari tahu hal itu akan berdampak pada kerusakan yang besar. Kerusakan yang dimaksud adalah timbulnya perpecahan yang diiringi hilangnya kepercayaan dan integritas dalam tubuh kaum muslimin.
Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah ta’ala,
Abu Hatim bin Hibban al-Busti dalam kitab Raudhah al-‘Uqala bekata:
“Tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita”.
Seorang muslim harus berhati-hati terhadap sifat tercela ini, karena secara tidak langsung orang yang mencari-cari kesalahan orang lain telah menganggap bahwa dirinya lebih baik daripada orang yang dicari kesalahannya, lebih suci dan bersih dari dosa, padahal Allah ta’ala melarang hamba-Nya merasa bersih dari dosa, terhindar dari maksiat, karena Allah ta’ala lebih mengetahui hamba-Nya yang bertaqwa.
فلا تزكّوا  أنفسكم هو أعلم بمن اتّقى
“Maka janganlah kalian mengatakan bahwa diri kalian suci Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqawa.” [Q.S. al-Najm : 32]
Seharusnya sebagai seorang mukmin yang memiliki ikatan persaudaraan berasaskan iman dengan mukmin lainnya, saling menjaga kehormatan saudaranya satu sama lain dengan menutup rapat-rapat aibnya, berusaha supaya tidak ada orang lain yang  mengetahuinya, dan menjadikan dirinya jaminan atas keamanan saudaranya. Beruntunglah orang-orang yang tidak tersibukan dengan aib orang lain sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب النّاس
‘Sungguh beruntung orang yang disibukkan dengan kekurangannya sendiri sehingga tidak sempat memikirkan keekurangan orang lain.”
Dan cukuplah bagi setiap mukmin termotivasi dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من ستر مسلماً ستره الله يوم القيامة
“Barangsiapa yang menutupi aib seorang mukmin di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di dunia maupun diakhirat kelak.”
Semoga Allah melindungi kita dari sifat tajassus, menjadikan diri kita lebih bertawadlu’, bersemangat mengerjakan amal shalih dan mendapatkan ridha-Nya. Aamiin.
والله أعلم


Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.