KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAAH


Meninggalkan shalat dengan berjama’ah termasuk faktor terbesar dan sebab utama dari bentuk pengabaian dari pelaksanaan shalat secara keseluruhan. Dan ini ter-masuk hal yang berbahaya.

Berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan hadits-hadits shahih dari Rosululloh   yang sangat banyak, selain shalat berjama’ah hukumnya wajib, juga karena di da-lamnya terkandung banyak kemashlahatan.

Di antara faedahnya adalah; saling mengenal, tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, nasehat-me-nasehati dalam kebenaran dan kesabaran, memotivasi orang-orang yang lalai, mengajari orang yang belum mengetahui, menyingkap kebohongan dan kemalasan kaum munafik, menjauhkan diri dari sifat nifak, menye-marakkan syiar-syiar Islam, berdakwah di jalan Alloh  , dan beragam faedah besar lainnya.

Rosululloh   sangat menekankan umatnya untuk menghadiri shalat jama’ah. 

Abu Hurairah   meriwayatkan:
أَتَى النَّبِيَّ   رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ: ( يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ ). فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ   أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ: (( هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ )). قَالَ: ( نَعَمْ ) قَالَ: (( فَأَجِبْ ))
“Ada seorang buta datang kepada Nabi   dan ber-kata, ‘Wahai Rosululloh, tiada seorang penuntun bagiku untuk pergi ke masjid, maka izinkan aku shalat di ru-mah.’. Maka diizinkan oleh Rosululloh  . Kemudian ketika orang itu telah bangkit hendak berjalan pulang, ia dipanggil oleh Rosululloh   dan ditanya, ‘Apakah engkau mendengar suara adzan untuk shalat?’. Ia men-jawab: ‘Ya’. Maka beliau bersabda, ‘Kalau begitu engkau harus datang (ke masjid) menyambutnya.” (HR. Muslim)

Rosululloh   juga bersabda:

(( وَالَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْتَطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ ))
“Demi Alloh yang jiwaku ada di tangan-Nya, saya berkeinginan keras untuk menyuruh orang me-ngumpulkan kayu api, kemudian saya perintah-kan mu’adzdzin untuk mengumandangkan adzan, dan saya menyuruh orang menjadi imam bagi orang-orang, kemudian saya pergi mendatangi orang-orang yang tidak datang shalat, lalu saya bakar rumah-rumah mereka beserta merekanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Demikian besar keutamaan shalat berjama’ah sehingga Rosululloh   bersabda:
(( لَيْسَ صَلاَةٌ أَثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِيْنَ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ، وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِيْهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً ))
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang mu-nafiq selain dari shalat Subuh dan ‘Isya. Padahal seandainya mereka mengetahui pahalanya, tentu mereka akan mendatanginya meskipun sambil merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Setiap ayunan langkah kaki yang dilangkahkan ke masjid, maka akan menghapuskan dosa dan menaikkan derajat seorang hamba.

Rosululloh   bersabda:
(( صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيْدُ عَنْ صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ، أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ، لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ. لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِيَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّوْنَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى فِيْهِ يَقُوْلُوْنَ: اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اَللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَا لَمْ يُؤْذِ فِيْهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيْهِ ))

“Shalat seseorang dengan berjama’ah lebih utama dan lebih banyak pahalanya dengan dua puluhan (25 atau 27) derajat daripada shalat sendirian, di rumah atau di pasar. Hal ini dikarenakan, apabila salah seorang di antara kalian berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid dan tidak ada niatan lainnya kecuali untuk shalat dan tidak melangkahkan kakinya kecuali karenanya (shalat), maka akan ditinggikan derajatnya dan akan di-hapuskan kesalahannya hingga ia masuk masjid hanya untuk dan hanya karena shalat. Dan para malaikat akan bershalawat kepada salah seorang di antara kalian selama masih berada di tempat (shalat)nya seraya mereka berkata: ‘Ya Alloh, sa-yangi dan ampunilah ia’, asalkan ia tidak menya-kiti orang lain dan tidak berhadats.”  (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Rosululloh   juga bersabda:
(( مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ فَصَلاَّهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ ))

“Barangsiapa yang berwudhu secara sempurna dengan maksud mengerjakan shalat, kemudian berangkat dengan berjalan kaki untuk menger-jakan shalat wajib, lalu ia shalat bersama kaum Muslimin, atau bersama berjama’ah, atau di dalam masjid, niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

(( إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلاَةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى ))
“Orang yang paling besar pahalanya dalam sha-lat adalah orang yang paling jauh perjalanannya.” (HR. Muslim)
Demikian bersemangatnya para sahabat Nabi   da-lam melakukan shalat berjama’ah, sehingga sahabat Ubay bin Ka’ab   pernah meriwayatkan:

( كَانَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ لاَ أَعْلَمُ أَحَداً أَبْعَدَ مِنَ الْمَسْجِدِ مِنْهُ وَكَانَتْ لاَ تُخْطِئُهُ صَلاَةٌ !فَقِيْلَ لَهُ: لَوْ اِشْتَرَيْتَ حِمَاراً تَرْكَبُهُ فِي الظَّلْمَاءِ وَفِي الرَّمْضَاءِ. قَالَ: مَا يَسُرُّنِيْ أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى جَنْبِ الْمَسْجِدِ، إِنِّي أُرِيْدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى الْمَسْجِدِ، وَرُجُوْعِيْ إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ  : (( قَدْ جَمَعَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ )) )

“Ada seorang shahabat Anshar, tiada seorang yang saya kenal rumahnya lebih jauh daripadanya, tetapi ia tidak pernah tertinggal shalat jama’ah di masjid. Maka ia ditegur, ‘Andaikan engkau membeli keledai untuk kendaraanmu di waktu gelap atau panas.’. Ia menjawab, ‘Saya tidak ingin kalau rumahku di sebelah masjid, saya ingin perjalananku ke masjid dan kembaliku ke rumah keluargaku tercatat dalam amal kebaikanku.’. Maka Nabi   bersabda, “Alloh telah mengumpulkan bagimu semua itu.” (HR. Muslim)

‘Abdullah bin ‘Umar   berkata:
“Kami para sahabat, jika salah seorang di antara kami tertinggal dari shalat jama’ah ‘Isya’ dan Shubuh, maka kami menjadi berburuk sangka terhadapnya bahwa ia telah munafik.”

Keutamaan shalat berjama’ah di masjid sangatlah besar, khususnya shalat Shubuh dan ‘Isya’. 

‘Utsman bin ‘Affan   meriwayatkan bahwa Rosu-lulloh   bersabda:
(( مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ ))

“‘Siapa yang shalat ‘Isya berjama’ah, seolah-olah bangun setengah malam, dan siapa yang shalat Shubuh berjama’ah, maka bagaikan shalat satu malam penuh.” (HR. Muslim) 
Di samping itu, salah satu manfaat shalat berjama’ah adalah bahwa siapa saja yang mampu menjaga shalatnya selama 40 hari tanpa pernah tertinggal takbīratul ihrām, maka Alloh   akan menuliskan baginya dua kebebasan, yaitu terbebas dari api neraka dan terbebas dari sifat kemunafikan. 

Rosulullah   bersabda:
(( مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ ))
“Barangsiapa yang shalat hanya karena Alloh se-lama empat puluh hari dengan berjama’ah dan selalu mendapatkan takbīratul ihrām, niscaya akan ditulis baginya dua kebebasan, yaitu: (1) terbebas dari api neraka; dan (2) terbebas dari nifak.” (HR. at-Tirmidzi)

Demikian besarnya keutamaan shalat berjama’ah. Sehingga alangkah ruginya orang yang menyia-nyiakan shalat berjama’ah. 

Sebagian salaf berkata:
“Tidaklah seseorang tertinggal shalat berjama’ah ke-cuali karena dosa yang dilakukannya.” 

‘Abdullah bin ‘Umar   berkata:
“Pada suatu hari Umar   pergi ke kebun kormanya. Ketika ia pulang ia dapati orang-orang telah selesai sha-lat ‘Ashar. Maka ia berkata, ‘Innā lillahi wa innā ilaihi rāji’ūn. Aku tertinggal shalat ‘Ashar berjama’ah. Aku persaksikan kepada kalian bahwa kebunku ini aku se-dekahkan kepada orang-orang miskin agar menjadi ka-farat (penebus) atas apa yang telah aku lakukan.”

Hatim al-A’sham   berkata:
“Aku pernah tertinggal shalat berjama’ah sekali, maka hanya Abu Ishaq saja yang menta’ziahi (melayat)ku, se-andainya anakku yang  meninggal tentulah yang  men-ta’ziahiku lebih dari sepuluh ribu orang. Ini karena orang-orang menganggap bahwa musibah agama itu lebih ri-ngan daripada musibah dunia.”

Saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat....

Di akhir kalimat ini, kami ingin sampaikan sabda Rosululloh  :
(( إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْئاً، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَ جَلَّ: انْظُروا هَلْ لِعَبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيْضَةِ، ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ أَعْمَالِهِ عَلَى هَذَا ))

“Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya, maka apabila shalatnya baik berarti ia akan ber-untung dan selamat. Dan apabila shalatnya jelek, maka ia akan merugi dan tidak beruntung. Apa-bila shalat fardhunya kurang sempurna, maka Alloh berfirman: ‘Lihatlah shalat sunnah hamba-Ku ini yang dapat menyempurnakan kekurangan shalat (fardhu)nya, kemudian setelah itu lihatlah amalan-amalan yang lainnya.” (HR. at-Tirmidzi, hadits hasan) 

Jangan sia-siakan bekal kita yang satu ini, kebaha-giaan menyongsong kita dengan surga dan kenikmatan-nya, jika kita mampu memelihara dan menjaganya se-cara sempurna. Akan tetapi jika kita lalai atau menga-baikannya, maka amalan manakah lagi yang dapat meng-hantarkan kita ke surga yang diridhai itu? Atau mung-kin kecelakaan dan kesengsaraan di neraka jahannam yang panas membara. Na’udzu billahi min dzalik. 

Saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat....
Jangan sia-siakan bekal kita yang satu ini, kebaha-giaan menyongsong kita dengan surga dan kenikmatan-nya, jika kita mampu memelihara dan menjaganya se-cara sempurna. Akan tetapi jika kita lalai atau menga-baikannya, maka amalan manakah lagi yang dapat meng-hantarkan kita ke surga yang diridhai itu? Atau mung-kin kecelakaan dan kesengsaraan di neraka jahannam yang panas membara. 
Na’udzu billahi min dzalik. 

Saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat....
Jangan lupakan pula anak-anak kalian dalam shalat dan dalam shalat berjama’ah. Walaupun mereka belum diwajibkan shalat, tetapi wajib bagi kalian selaku orang tua dan walinya untuk memerintahkan mereka untuk mengerjakan shalat sebagai “proses latihan”. Khususnya ketika mereka telah mencapai usia tujuh tahun. Dan bahkan diperbolehkan untuk memukul mereka, mana-kala mereka sudah berusia sepuluh tahun, agar kelak di saat baligh, mereka sudah terbiasa mengerjakannya.

Rosululloh   bersabda:
(( مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلاَةِ ابْنَ سَبْعِ سَنِيْنَ، وَاضْرِبُوْا عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ ))
“Perintahkanlah anak-anak untuk melaksanakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika sudah berusia sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi) 

Memperhatikan anak untuk shalat, juga termasuk amanah yang Alloh   embankan kepada kedua orang tua, khususnya seorang ayah atau bapak. 

Hal ini sebagaimana yang Alloh   firmankan:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penja-ganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang di-perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu me-ngerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tah-rim [66]: 6)

‘Abdullah bin ‘Umar   berkata,:
“Didiklah anak-anak kalian karena kalian akan di-tanya tentang tanggung jawab kalian, apakah sudah ka-lian ajari anak-anak kalian, apakah sudah kalian didik anak-anak kalian dan kalian akan ditanya kebaikan ka-lian kepada mereka dan tentang ketaatan anak kalian kepada kalian.”

Dan salah satu upaya memelihara keluarga dari api nereka adalah dengan memerintahkan mereka untuk menunaikan shalat.

Alloh   berfirman:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu men-dirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam me-ngerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepa-damu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha [20]: 132)

Semoga Alloh   menganugrahkan dan melimpahkan kepada kita kekhusu’an dalam mendirikan shalat dan menjadikan shalat tersebut sebagai “penolong” kita di akhirat kelak.
Amin....

Semoga shalawat dan salam sejahtera
tercurah atas Nabi Muhammad  ,
keluarga dan para sahabatnya

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.