ALI BIN ABI THALIB DAN KEUTAMAANYA


Tokoh sahabat mulia ini adalah ‘Ali bin Abi Thalib  , sepupu Rosululloh  . Rosululloh    menikahkan putrinya, Fathimah dengannya. ‘Ali adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang mendapatkan kabar gembira berupa jaminan langsung masuk surga dari Rosululloh

Sejak kecil beliau  dibimbing dan dididik dengan cahaya wahyu ilahi di rumah Rosululloh  , sehingga tatkala usia beliau belum mencapai usia sepuluh tahun cahaya Islam masuk di benak jiwanya. Dengan demikian ‘Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Beliau tumbuh dan berkembang di bawah naungan etika dan moral keislaman.

Saat Rosululloh   akan hijrah, ia rela tidur di atas tempat pembaringan beliau, padahal ia tahu bahwa kematian siap menjemputnya di tempat tidur tersebut.
Dengan demikian, ia adalah orang pertama yang menjadi tebusan bagi Rosululloh   dalam Islam, yang rela menyerahkan jiwa dan raganya. Ia pun sosok amanah yang bersegera menyerahkan semua titipan Rosululloh   kepada para pemiliknya, barulah ia berhijrah ke Madinah.

Ia senantiasa bersama Rosululloh   dalam setiap pertempuran dan bahkan selalu terlihat bahwa ia adalah seorang mujahid tangguh lagi handal. Keberaniannya sangat legendaris sehingga tercatat dalam tinta emas sejarah Islam. Lidahnya sangat fasih dan memperlihatkan bahwa ilmunya bagaikan samudara lautan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq  , ia selalu menemani sang khalifah. Tatkala ‘Umar    memegang tampuk kekhalifahan, ia adalah orang yang paling dekat dengannya. ‘Umar   selalu meminta nasehat-nasehatnya dalam banyak urusan yang dihadapinya. ‘Umar   memandangnya sebagai sosok problem solver (pemecah masalah). Tatkala ‘Umar   ditusuk dengan belati beracun, ia merupakan salah satu dari enam sahabat yang ditunjuk ‘Umar   untuk melakukan musyawarah dalam pemilihan khalifah di antara mereka tersebut.

Kemudian ditetapkanlah ‘Utsman bin ‘Affan   sebagai khalifah. ‘Ali   selalu setia berada di samping ‘Utsman   dan membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan. Pada saat terjadi pengepungan terhadap ‘Utsman   , anak-anak ‘Ali   adalah orang yang melakukan pembelaan terhadap ‘Utsman bin ‘Affan  .

Keutamaannya

‘Ali bin Abi Thalib   merupakan sahabat mulia yang memiliki berbagai keutamaan yang Alloh   anugerah-kan kepadanya, bukan kepada yang lainnya. Banyak riwayat yang shahih menyingkap dan menyibak tentang keutamaannya. 
Berbagai penulis tersohor menggoreskan pena emasnya mengungkapkan aspek keutamaannya. Berbagai penyair ternama merangkaikan butir-butir sya’irnya mengungkapkan sisi kelebihannya. Bebagai pendidik intens memperhatikan berbagai kelebihannya yang tak pernah henti diperbin-cangkan.
Berikut beberapa keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib    di antaranya:

1. Teman setia dakwah Rosululloh  .

Salah satu sahabat yang senantiasa menyertai Rosulul-loh   dalam mengibarkan panji-panji Islam dan mene-gakkan bendera tauhid adalah ‘Ali bin Abi Thalib  . Ia seorang pejuang dakwah sejati, pembela kebenaran, dan pembasmi kebatilan. Oleh karena itu, ia memiliki kedu-dukan yang terhormat dan mulia di sisi Rosululloh  .

 Ia senantiasa di samping Rosululloh   untuk mengha-dang berbagai rintangan dan tantangan dakwah. Ia rela mengorbankan jiwa dan harta  untuk mendampimgi Ro-sululloh  . Siang dan malam siap sedia menunggu pang-gilan dan amanat dakwah yang akan diembannya. Sebelum memegang tampuk kepemimpinan, ia adalah seorang prajurit Islam militan yang siap setiap saat diperintahkan oleh sang komandan. Pantaslah, Rosululloh   menyebut kedudukan ‘Ali bin Abi Thalib   sebagaimana Nabi Harun   di sisi Nabi Musa  . 

Sa’ad bin Abi Waqqash   berkata:
( أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ   خَلَفَ عَلِيَّ بْنَ أَبِيْ طَالِبٍ فِيْ غَزْوَةِ تَبُوْكَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ تُخَلِّفُنِيْ فِيْ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ؟ ). فَقَالَ: ( أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ مِنِّيْ بِمَنْزِلَةِ هَرُوْنَ مِِنْ مُوْسَى غَيْرَ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ ) 
“Bahwa Rosululloh   tidak menyertakan ‘Ali bin Abi Thalib pada perang Tabuk. Dia berkata: “Wahai Rosululloh, engkau meninggalkan aku bersama para wanita dan anak-anak?’. beliau bersabda: “Apakah kamu tidak ridha kedu-dukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku.” (HR. al -Bukhari)

2. Orang yang dicintai oleh Alloh   dan Rosul-Nya  .

Seseorang tatkala dicintai oleh belahan hatinya (suami atau istri) sangatlah bahagia dan senang. Seakan-akan tak ada kebahagiaan yang menandinginya. Bagaimanakah bila ia dicintai oleh Dzat yang menciptakan, mengatur, dan memberinya rezeki, serta memberikan segala kenik-matan yang tak terhitung? 
Sungguh ‘Ali bin Abi Thalib   adalah salah seorang sahabat Nabi   yang meraih kecintaan dari Alloh   dan Rosul-Nya  . Bahkan, manusia yang terdekat dengan Alloh  , Nabi Muhamad   sendiri yang telah mengabar-kannya. Yang membuat kita berdecak kagum, bahwa beliau   mengungkapannya di hadapan sebaik-baik gene-rasi umat ini, para sahabat Rosululloh  .

Sahl bin Sa’ad   berkata:
(( أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ   قَالَ يَوْمَ خَيْبَرَ: (( لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يَفْتَحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ، يُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ ))، فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوْكُوْنَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا. فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّاسُ غَدَوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ   كُلُّهُمْ يَرْجُوْ أَنْ يُعْطَاهَا فَقَالَ: (( أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ )). فَقِيْلَ :هُوَ يَشْتَكِيْ عَيْنَيْهِ. قَالَ: (( فَأَرْسِلُوْا إِلَيْهِ، فَأَتَى بِهِ فَبَصَقَ رَسُوْلُ اللهِ   فِيْ عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ فَبَرِئَ حَتَّى كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ ) 
“Sesungguhnya Rosululloh   bersabda pada perang Khaibar: “Sungguh akan kuberikan bendera perang esok hari, kepada seseorang yang Alloh akan memenangkan melalui tangannya, ia mencintai Alloh dan Rosul-Nya, dan Alloh serta Rosul-Nya pun mencintainya.” Malam itu para sahabat ramai memperbincangkan siapa yang akan mendapat kehormatan untuk mengemban bendera perang. Tatkala pagi hari, semua orang pergi kepada Rosululloh   dengan mengharap diberi bendera perang. Beliau bertanya: “Di mana ‘Ali bin Abi Thalib?”. Dikatakan: ‘Ia sedang sakit kedua matanya.’. Beliau berkata: “Utuslah seseorang menjemputnya.”. Maka datanglah ‘Ali. Lalu Rosululloh   meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seakan-akan tidak pernah sakit mata sebelumnya. Lalu beliau memberikan-nya panji perang.” (HR. al -Bukhari dan Muslim)

Rosululloh   bersabda: 
(( إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِحُبِّ أَرْبَعَةٍ وَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ يُحِبُّهُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ سَمِّهِمْ لَنَا قَالَ عَلِيٌّ مِنْهُمْ يَقُولُ ذَلِكَ ثَلاَثًا وَأَبُو ذَرٍّ وَالْمِقْدَادُ وَسَلْمَانُ أَمَرَنِي بِحُبِّهِمْ وَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ يُحِبُّهُمْ ))
“Sesungguhnya Alloh memerintahkan kepadaku untuk mencintai empat orang dan Dia mengabarkan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka. Sahabat yang ada di tempat itu berkata, “Wahai Rosululloh, sebutkan kepada kami nama-nama mereka.”. Rosululloh   pun bersabda: “‘Ali adalah dari mereka –beliau mengatakan demikian sampai tiga kali–, Abu Dzar, al-Miqdad dan Salman al-Farisi. Alloh memerintahkan kepadaku untuk mencintai mereka dan Dia mengabarkan kepadaku bahwa Dia mencintai mereka.” (HR. at-Tirmidzi)

3. Persaksian bahwa ‘Ali   masuk surga.

Surga adalah tempat kebahagiaan dan kesenangan abadi. Tak ada kesusahan dan kesengsaraan sesaat pun di surga. Kehidupan bermandikan kenikmatan dan penuh keamanan sejati.

Manusia dari generasi pertama hingga akhir zaman senantiasa berlomba-lomba untuk meraih surga, bahkan mereka rela mengorbankan jiwa dan hartanya. Mereka rela bercapai-capai dan berlelah-lelah guna merengkuh kenikmatan surga yang tak dapat dilihat dengan mata, tak dapat didengar oleh telinga dan tak terbersit sedikit-pun dalam sanubari. 

‘Ali bin Abi Thalib   adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira sebagai penghuni surga tempat keabadiaan sejati. 
Rosululloh   bersabda:
(( أَبُوْ بَكر فِيْ الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِيْ الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِيْ الْجَنَّةِ، وَعَلِيُّ فِيْ الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِيْ الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِيْ الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فِيْ الْجَنَّةِ، وَسَعْدُ بْنُ أَبِيْ وَقَّاصٍ فِيْ الْجَنَّةِ، وَسَعِيْدُ بْنُ زَيْدٍ فِيْ الْجَنَّةِ، وَ أَبُوْ عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَاحِ فِيْ الْجَنَّةِ ))
“(Sepuluh shahabat yang dijamin masuk surga ada-lah): (1) Abu Bakar (ash-Shiddiq); (2) ‘Umar (bin al-Khaththab); (3) ‘Utsman (bin ‘Affan); (4) ‘Ali (bin Abi Thalib); (5) Thalhah (bin ‘Ubaidillah); (6) az-Zubair (bin al-‘Awwam); (7) ‘Abdur Rahman bin ‘Auf; (8) Sa’ad (bin Abi Waqqash); (9) Sa’id (bin Zaid); dan (10) Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah.”  (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

4. Kabar gembira berupa mati syahid.

Mati syahid adalah mati yang diidam-idamkan oleh setiap insan bertakwa. Sebab siapa saja yang mati syahid, ia akan memperoleh keutamaan dan kebaikan yang me-limpah.

Ia berhak memberikan syafa’at kepada tujuh puluh dua orang keluarganya. Tetesan darah yang pertama mengucur menjadi sebab diampuni dosa-dosanya. Ia tak akan diuji di dalam kuburnya, sebab kilatan pedang di dunia saat berhadapan dengan musuh cukuplah sebagai penggantinya. Dan berbagai keutamaan lain yang bisa diraih oleh para syuhada’.
Sungguh beruntunglah sahabat mulia. ‘Ali bin Abi Thalib  , ia salah satu deretan para syuhada’ yang telah dikabarkan oleh Rosululloh   semasa hidupnya. 
Dari Abu Hurairah  , bahwa Rosululloh   pernah berada di atas bukit Hira’ bersama Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Thalhah dan Zubair, tiba-tiba sebuah batu besar bergerak, maka Rosululloh   bersabda:
(( اِهْدَأْ، فَمَا عَلَيْكَ إِلاَّ نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيْقٌ أَوْ شَهِيْدٌ ))
“Tenanglah, tidak ada yang di atasmu kecuali seorang Nabi atau shiddiq atau syahid.” (HR. Muslim dan at-Tirmidzi)

5. Surga sangat merindukan ‘Ali.

Kata-kata rindu, sayang, dan cinta amat lekat di telinga manusia, terutama bagi pasangan suami istri yang baru mengarungi bahtera rumah tangga. Bahkan kata-kata se-perti ini yang membuat hati manusia berbunga-bunga.
Seorang suami yang dirindukan oleh istrinya karena lama tak berjumpa pasti amat berharap dan menunggu-nunggu kapan waktunya perjumpaan mereka berdua tiba.

Itulah gambaran kerinduaan kehidupan di dunia yang fana, yang kenikmatannya tak sebanding sedikit pun dengan selaksa kenikmatan surga.

Sekarang, bagaimanakah bahagianya seseorang bila ia dirindukan oleh surga yang menjadi idamannya, surga yang menjadi tujuan hidupnya, dan surga yang menjadi persinggahan terakhirnya.

Tentunya, kebahagiaan dan kegembiraan yang tak dapat terlukiskan dan tergambarkan dengan apapun juga.
Diriwayatkan dari Anas  , ia berkata bahwa Rosulul-loh   bersabda:
(( إِنَّ الْجَنَّةَ لَتَشْتَاقُ إِلَى ثَلاَثٍ: عَلِيٌّ وَعَمَّارٌ وَسَلْمَانُ ))
“Sesungguhnya surga sangat merindukan tiga (orang), yaiu ‘Ali, ‘Ammar, dan Salman.” (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim dihasankan al-AlBani)

BACA JUGA : PENGANGKATAN ALI BIN ABI THALIB MENJADI KHALIFAH SETELAH UTSMAN

6. ‘Ali   adalah salah seorang  sahabat yang ikut serta dalam perang Badar.

Perang Badar adalah perang pertama bagi umat Islam dalam menghadapi musuh dakwah mereka. Perang untuk menguji keteguhan dan keimanan para sahabat Nabi Mu-hammad   dalam aspek aqidah dan loyalitas kepada Islam.
Barisan pasukan kaum musyrikin berjumlah tiga kali lipat dibandingan jumlah kaum Muslimin. Persenjataan musuh begitu lengkap dan menakjubkan. Situasi ini sangat mencekam dan begitu mengerikan.

Saking dahsyat dan kuatnya peperangan ini, maka Alloh   pun memberikan banyak keutamaan bagi para mujahid kaum Muslimin yang ikut serta dan berlaga dalam medan tempur ini.

Rosululloh   telah berkata kepada ‘Umar bin al-Khath-thab  :
((  وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَكُونَ قَدْ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ ))
“Tahukah kamu,  sesungguhnya Alloh telah menge-tahui apa yang telah dilakukan oleh para peserta perang Badar. Sesungguhnya Alloh   berfirman, “Lakukanlah sesuka kalian. Sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 

7. Kelembutan Rosululloh   kepada ‘Ali   dan pem-berian kunyah untuknya.

Sosok pribadi Rosululloh   sangat luar biasa. Akhlak karimah, moralitas penuh etika dan prilaku berbudi yang luhur tercermin dalam kehidupannya. Beliau    mereflek-sikan apa yang ada di dalam al-Qur’an. Di antara akhlak karimah beliau yang menonjol adalah sifat lemah lembut.

Sifat lemah lembut beliau   tercurahkan kepada selu-ruh insan, terlebih kepada menantu beliau  , ‘Ali bin Abi Thalib. Marilah kita perhatikan sebuah kisah yang menunjukkan hal tersebut.

Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad   ia berkata, “‘Ali menemui Fathimah kemudian keluar, lalu berbaring di masjid. Rosululloh bertanya, “Dimanakah putera paman-mu itu?”. Fathimah menjawab, “Di masjid.”. Maka Rosu-lulloh keluar menemuinya dan mendapati selendangnya jatuh dari punggungnya sehingga tanah mengotori pung-gungnya. Rosululloh   menghapus tanah tersebut dari pungungnya seraya berkata:
(( اِجْلِسْ يَا أَبَا تُرَابٍ ))
“Duduklah, wahai Abu Turab.” Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR. Muslim)

8. ‘Ali adalah seorang sahabat yang ikut serta dalam Bai’-atur Ridwan.

Saat kaum Muslimin berada di Hudaibiyah, lalu ketika mereka hendak menunaikan ibadah umrah di Mekkah, mereka bertemu utusan Abu Sufyan (kaum musyrikin). Utusan tersebut menyampaikan pesan kepada kaum Mus-limin berupa larangan bagi mereka untuk menunaikan Umrah di Mekkah.
Mendengar berita tersebut, maka Rosululloh   mende-legasikan ‘Utsman bin ‘Affan   untuk melakukan perun-dingan dengan kaum musyrikin di Mekkah bahwa mereka akan menunaikan ibadah umrah. Terjadilah perundingan yang hangat dan seru di antara mereka. Lalu tersiar kabar bahwa ‘Utsman bin ‘Affan    telah terbunuh oleh mereka.

Saat Rosululloh   mendengar berita tersebut, maka beliau mengajak kaum Muslimin untuk berbai’at (berjanji setia) di bawah pohon untuk menuntut balas darah atas ‘Utsman bin ‘Affan   dengan perbekalan dan persenja-taan seadanya. Kaum Muslimin pun sepakat atas hal demi-kian. Dengan peristiwa ini Alloh   meridhai mereka, oleh karena itu ba’iat tersebut disebut bai’at Ridwan.

Alloh   telah berfirman kepada para peserta bai’at Ridwan, dan ‘Ali    termasuk di dalamnya:

“Sesungguhnya Alloh telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepa-damu di bawah pohon. Maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Fath [48]: 18)
Rosululloh   pun memberikan kabar gembira bagi para sahabat yang ikut serta dalam bai’at ridwan bahwa mereka tidak akan tersentuh api neraka sedikitpun.
Rosululloh   bersabda: 
(( لَنْ يَدْخُلَ أَحَدٌ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ ))
“Tidak akan masuk neraka orang-orang yang ikut serta dalam bai’at di bawah sebuah pohon.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

9. Barangsiapa yang menjadikan Rosululloh   sebagai walinya, berarti ia telah menjadikan ‘Ali sebagai wali-nya.


Di antara keutamaannya, khutbah Rosululloh   pada hari ke delapan belas di bulan Dzulhijjah pada saat haji wada’ di tempat yang bernama Ghadir Khum, dalam khut-bahnya beliau   berkata: 
(( مَنْ كُنْتُ مَوْلاَهُ فَعَلِيٌّ مَوْلاَهُ ))
“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai walinya, maka sesungguhnya ia telah menjadikan ‘Ali sebagai walinya.” (HR. at-Tirmidzi)

Rosululloh   juga bersabda: 
(( اللَّهُمَّ وَالِ مَنْ وَالاَهُ وَعَادِ مَنْ عَادَاهُ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَهُ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَهُ ))
“Ya Alloh, belalah siapa saja yang membelanya (maksudnya ‘Ali), musuhilah siapa saja yang memu-suhinya, tolonglah siapa yang menolongnya dan hinakanlah siapa saja yang menghinakannya.” (HR. Ahmad)

10. Keteranagn ‘Abdullah bin ‘Umar    tentang keuta-maan ‘Ali bin Abi Thalib  .

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ubaidah  , ia berkata, “Seorang lelaki datang menemui ‘Abdullah bin ‘Umar   dan bertanya kepadanya tentang ‘Utsman  . Ibnu ‘Umar menyebutkan tentang kebaikan-kebaikan ‘Utsman  . Beliau berkata, ‘Barangkali kamu tidak menyukainya?’. ‘Benar!’, sahutnya.

‘Abdullah bin ‘Umar   pun berkata, ‘Semoga Alloh menghinakanmu.’
Kemudian ia bertanya tentang ‘Ali  . Ibnu ‘Umar   menyebutkan tentang kebaikan-kebaikannya. Beliau berkata, ‘Begitulah keutamaannya, rumahnya berada di tengah-tengah rumah Rosululloh  . Kemudian beliau berkata, ‘Barangkali kamu tidak menyukainya.’. ‘Benar, sahutnya kembali.’

‘Abdullah bin ‘Umar   pun berkata, ‘Semoga Alloh menghinakanmu dan menjauhkanmu dariku dengan sejauh-jauhnya.”

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.