DETIK-DETIK KRONOLOGIS TERBUNUNHNYA ALI BIN ABI THALIB

Kronologis Terbunuhnya ‘Ali   

Ia dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdul Rahman bin Muljam pada saat akan melaksanakan shalat Shubuh. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan 40 H/661 M. Ia memerintah selama lima tahun.
Ekspedisi pembunuhan ‘Ali bin Abi Thalib   yang dilakukan oleh Abdul Rahman bin Muljam dibantu oleh dua temannya yang rela menyertai dan melindunginya. Mereka adalah Wardan, dari bani Tamim dan Syabib bin Bajrah al-Asyja’i al-Haruri.

Ibnu Muljam (Abdul Rahman bin Muljam) berkata kepada Syabib, “Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?”
“Apa itu?”, tanyanya.
“Membunuh ‘Ali!”, jawab Ibnu Muljam.
Ia berkata, “Celakalah engkau, engkau telah menga-takan perkara yang sangat besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya?”
Ibnu Muljam berkata, “Aku mengintai di masjid, apa-bila ia keluar untuk mengerjakan shalat Shubuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya? Bila berhasil, maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita terbunuh, maka apa yang ada di sisi Alloh lebih baik dari pada dunia.”
Ia berkata, “Celaka engkau, kalaulah bukan ‘Ali tentu aku tidak keberatan melakukannya. Engkau tentu menge-tahui senioritasnya dalam Islam dan kekerabatannya dengan Rosululloh  . Hatiku tidak terbuka untuk mem-bunuhnya.”

Ibnu Muljam berkata, “Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan?”
“Benar!”, jawabnya.
“Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah dibunuhnya.”, kata Ibnu Muljam.

Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya.
Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan teman-temannya pada malam Jum’at 17 Ramadhan. Ibnu Muljam berkata, “Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing. Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di hadapan pintu yang mana ‘Ali biasa keluar dari-nya. Ketika ‘Ali keluar, ia membangungkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, “Shalat...shalat!”, dengan cepat Syabib menyerang dengan pedangnya dan memu-kulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Mul-jam menebaskan pedangnya ke atas kepala beliau. Darah beliau mengalir membasahi jenggot beliau  . Ketika Ibnu Muljam menebasnya, ia berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik Alloh, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai ‘Ali!”, ia membaca firman Alloh:

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Alloh; dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 207)
‘Ali berteriak, “Tangkap mereka!”
Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil di-kejar oleh seorang lelaki dari Hadhramaut lalu membunuh-nya. Adapun Syabib, berhasil menyelamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap.
‘Ali menyuruh Ja’dah bin Hubairah bin Abi Wahab untuk mengimami shalat Fajar. ‘Ali pun dibopong ke ru-mahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam kepadanya dan dibawa ke hadapannya dalam keadaan dibelenggu tangan-nya ke belakang pundak. Semoga Alloh   memburukkan rupanya. ‘Ali berkata kepadanya, “Apa yang mendorong-mu melakukan ini?”. Ibnu Muljam berkata, “Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku me-mohon kepada Alloh agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhluk-Nya yang paling buruk!”
‘Ali berkata kepadanya, “Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk.”
Kemudian beliau berkata, “Jika aku mati, maka bu-nuhlah orang ini. Dan jika aku selamat, maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini!” 

Pemakaman Jenazah ‘Ali  

Setelah ‘Ali   wafat, kedua puteranya yakni Hasan  dan Husein   memandikan jenazahnya dibantu oleh Abdullah bin Ja’far  . Kemudian jenazahnya dishalat-kan oleh putera tertua beliau, yaitu Hasan  . Hasan   bertakbir sebanyak sembilan kali.

Jenazah beliau dimakamkan di Darul ‘Imarah di Kufah, karena kekhawatiran pada kaum Khawarij yang akan membongkar makamnya. Itulah yang masyhur. Adapun yang mengatakan bahwa jenazahnya diletakkan di atas kendaraannya kemudian dibawa entah pergi kemana perginya, maka sungguh ia telah keliru dan mengada-ngada sesuatu yang tidak diketahuinya. Akal sehat dan syariat tentu tidak membenarkan hal semacam itu. Ada-pun keyakinan mayoritas kaum Rafidhah yang jahil bahwa makam beliau terletak di suatu tempat di Najaf, maka tidak ada dalil dan dasarnya sama sekali. Ada yang menga-takan bahwa makam yang terletak di sana adalah makam al-Mughirah bin Syu’bah  .

al-Khathib al-Baghdadi   meriwayatkan dari al-Hafidz Abu Nu’aim   dari Abu Bakar ath-Thalahi   dari Muhammad bin ‘Abdillah al-Hadhrami al-Hafidz Muthayyin  , bahwa ia berkata, “Sekiranya orang-orang Syi’ah mengetahui makam siapakah yang mereka agung-agungkan di Najaf, niscaya mereka akan melempari dengan batu. Sebenarnya itu adalah makam al-Mughirah.”

Semoga Alloh   merahmatimu wahai Khalifah raasyid (lurus) yang paling muda, dan semoga Alloh   meridhai-mu wahai suami putri Rosululloh   yang tercinta, Fathi-mah  .

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.