FAEDAH / MANFAAT BERBUAT IKHLAS


Ikhlash memiliki banyak sekali faedah, baik di dunia ataupun di akhirat, di antaranya:

1. Ketenangan Jiwa.
Ikhlash memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian hati kepada pelakunya, sehingga membuatnya lapang dada dan tenang hatinya. Hatinya terfokus pada satu tujuan, yaitu keridhaan Alloh  . Hasratnya terhimpun dalam satu wadah, yaitu meniti jalan yang membawanya kepada keridhaan Alloh   tersebut. Tidak dapat diragukan, kejelasan tujuan dan kelurusan jalan ke arah itu mampu membuat seseorang menjadi tenang menghadapi guncangan karena adanya berbagai arus, kecenderungan dan jalan yang membingungkan. 

Rosululloh   bersabda:
(( مَنْ جَعَلَ اْلهُمُوْمَ هَمًّا وَاحِدًا، كَفَاهُ اللهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعََبَتْهُ اْلهُمُوْمَ، لَمْ يُبَالِ اللهُ فيِ أَيِّ اَوْدِيَةِ الدُّنْيَا هَلَكَ ))
“Barangsiapa menjadikan berbagai hasrat hanya terfokus pada satu hasrat, maka Alloh mencukupkannya dari kerisauan dunia. Dan barangsiapa hasratnya bercabang-cabang, Alloh tidak akan mempedulikannya di penjuru dunia mana ia mengalami kehancuran dan kebinasaan.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi)

Yang dimaksud hasratnya bercabang-cabang dalam hadits di atas adalah terbagi-bagi, tertuju kepada harta, kedudukan, nafsu dan lainnya. Berbeda dengan seorang Mukmin yang hasrat (perhatian)nya hanya tertuju kepada keridhaan Alloh   semata. 

Rosululloh   juga bersabda:
“Barangsiapa yang dunia merupakan tujuannya, maka Alloh mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan ada di depan matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang akhirat merupakan niatnya, maka Alloh menghimpun urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya dan dunia menghampirinya dalam keadaan tunduk.” (HR. Ibnu Majah
)
2. Kekuatan rohani.
Ikhlash memberikan kekuatan rohani bagi orang yang mukhlish, karena keunggulan tujuan ikhlash di dalam dirinya dan kehendaknya yang menyatu, yaitu keridhaan dan pahala Alloh  .

Orang yang gila harta, kedudukan, ketenaran atau gelar adalah orang yang amat lemah, yaitu ketika tiba-tiba saja menyembul dalam dirinya suatu harapan untuk segera mewujudkan kerakusannya terhadap dunia. Ia orang lemah di hadapan orang-orang yang seharusnya ia beri. Ia orang lemah jika ia takut kehilangan keuntungan yang diharapkannya. 

Sedangkan orang yang menjual dunia karena Alloh  , maka ia bisa memperoleh kekuatan dan tidak akan melemah, malah mendapat kemampuan yang tidak mengendor. Maka dengan kebebasannya dari tujuan dunia dan keikhlashannya, ia jauh lebih kuat daripada segala kekuatan materil yang dapat ditangkap mata manusia.

Orang yang mukhlish karena Alloh   tidak akan melemah karena janji-janji yang diobral, tidak bergeming karena ancaman, tidak menjadi hina karena kerakusan dan tidak bisa dicegah karena rasa takut. Teladannya dalam hal ini adalah Nabi  , yang pernah ditawari kekuasaan, kedudukan yang terhormat, harta dan segala kenikmatan dunia, agar beliau menghentikan dakwahnya. Menghadapi tawaran ini Beliau   menjawab dengan nada yang tegas:
(( وَاللهِ لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فيِ يَمِيْنيِ وَاْلقَمَرَ فيِ شِمَاليِ عَلىَ اَنْ اَتْرُكَ هَذَا اْلأَمْرَ مَا تَرَكْتُهُ، حَتىَّ يَظْهَرَهُ اللهُ اَوْ اَهْلَكَ دُوْنَهُ ))
“Demi Alloh, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan ini (dakwah), niscaya aku tidak akan meninggalkannya, hingga Alloh menegakkannya atau membinasakan yang lainnya. (Yang serupa dengan hadits ini diriwayatkan Ibnu Ishaq dalam al-Maghāzī, 1/170)

Andaikata Nabi  mempunyai nafsu yang tersembunyi terhadap harta, kekuasaan dan kedudukan, tentu ketegarannya menghadapi tawaran yang menarik dari para pemimpin Quraisy tersebut akan melemah. Tetapi beliau tahu tujuannya, sehingga beliau pun berlaku ikhlash. Beliau tahu Rabb-nya sehingga tidak mau menyekutukan sesuatu dengan-Nya.

BACA JUGA : Tips Menggapai Ikhlas

3. Amal yang berkesinambungan.
Ikhlash bisa memberi kekuataan untuk beramal secara berkesinambungan kepada orang yang beramal tersebut. Seseorang yang beramal karena menyombongkan diri di hadapan orang lain, yang beramal karena nafsu perut dan kemaluan, akan menghentikan amalnya jika ia tidak mendapatkan sesuatu yang mengenyangkan nafsunya. Orang yang beramal karena mengharap ketenaran dan kedudukan, tentu akan bermalas-malasan atau merasa berat jika ada pertanda harapannya akan kandas. Orang yang beramal karena mencari muka di hadapan pemimpin juga akan berlaku demikian manakala dipecat atau pemimpinnya mati.
Sedangkan orang yang beramal karena Alloh  , tidak akan memutuskan amalnya, tidak mundur dan tidak bermalas-malasan. Sebab alasan yang melatarbelakangi amalnya tidak pernah sirna. Wajah Alloh   tetap abadi ketika wajah manusia sirna atau semua makhluk binasa. 
Alloh   berfirman:

“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Alloh. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kalian dikembalikan.” (QS. al-Qashash [28]: 88)
Maka dari itu sebagian orang-orang shaleh berkata:
“Segala sesuatu yang dilakukan karena Alloh akan abadi dan berkesinambungan, sedangkan yang dilakukan karena selain Alloh akan terputus dan sirna.”

Hal ini seringkali dikuatkan oleh berbagai kejadian, bahkan kita bisa melihatnya sendiri dan setiap saat kita pun bisa menyaksikannya.
4. Merubah pekerjaan yang mubah dan tradisi menjadi ibadah.
Ikhlash adalah penyegar amal, yang jika diletakkan di amal manapun, sekalipun amal-amal mubah atau kebiasaan, bisa merubahnya menjadi ibadah dan qurbah (jenis aktifitas yang dapat mendekatkan diri) kepada Alloh  . 
Dalam sebuah hadits, Rosululloh   bersabda:

(( إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ ))
“Sesungguhnya tidaklah engkau mengeluarkan nafkah seraya mencari keridhaan Alloh melainkan engkau akan diberi pahala karenanya, termasuk pula satu suapan yang engkau masukkan ke mulut istrimu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Tetap memperoleh pahala amal sekalipun belum menyempurnakan amal itu, atau bahkan belum mengamalkannya.
Di antara barakah ikhlash karena Alloh  , adalah bahwa orang yang mukhlish dapat memperoleh pahala amal secara sempurna, sekalipun ia tidak mampu melaksanakannya secara sempurna. 

Alloh   berfirman:
“Barangsiapa berhijrah di jalan Alloh, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Alloh. Dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’ [4]: 100)
Bahkan dengan niatnya yang tulus karena Alloh  , seorang Muslim bisa mendapatkan pahala amal secara sempurna, sekalipun ia tidak melakukan amal itu. Banyak contoh tentang hal ini yang disebutkan dalam berbagai hadits.
Dari Anas bin Malik  , ia berkata, “Kami kembali dari perang Tabuk bersama Nabi  , lalu beliau bersabda: 

(( إِنَّ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا، مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلاَّ كَانُوا مَعَكُمْ، حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ ))
“Sesungguhnya ada beberapa orang yang tertinggal di belakang kita di Madinah. Tidaklah kita melewati suatu perjalanan dan lembah melainkan mereka senantiasa bersama kalian. Mereka terhalang oleh satu alasan.” (HR. al-Bukhari)

6.Pertolongan dan perlindungan Alloh  .
Pertolongan dan bantuan Alloh   kepada hamba-hamba-Nya dalam menegakkan agama Alloh  sangat dinanti dan diidamkan oleh kaum mukminin. Sarana untuk meraih pertolongan Alloh   beragam dan bermacam-macam. Salah satunya adalah mewujudkan keikhlashan dalam beramal.

Rosululloh   bersabda:
(( إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا، بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلاَتِهِمْ وَإِخْلاَصِهِمْ ))
“Sesungguhnya Alloh menolong umat ini disebabkan oleh orang yang lemah di antara mereka, doa, dan keikhlashan mereka.” (HR. an-Nasa’i)
Saat mereka memurnikan segala ketaatan dan amal shalih hanya

 untuk Alloh   semata dan tak menyekutukan-Nya sedikit pun, niscaya Alloh   akan menolong mereka, kapan dan dimana pun berada.

7. Dukungan dan pertolongan ilahi tatkala menghadapi kesulitan dan krisis.
Di antara buah ikhlash adalah bahwa Alloh   mengulurkan bantuan kepada orang yang mukhlish, menjaganya dengan mata-Nya yang tidak pernah terpejam dan tidak berpaling darinya tatkala ia berada di tempat yang dilanda bencana, dikepung kesusahan dan kesulitan. Alloh   senantiasa mengabulkan doanya, memenuhi panggilannya dan menyibak mendung yang mengelilinginya.
Ingatlah kisah tiga orang yang menginap di gua, lalu ada batu besar yang menggelinding dan menutupi pintu gua sehingga mereka tidak dapat keluar. Lalu mereka berdoa dengan perantara keikhlashan amal mereka masing-masing. Orang pertama memohon kepada Alloh   dengan menyebutkan amal kebaikannya kepada kedua orang tua dalam rangka mencari balsan Alloh.

Orang kedua memohon kepada Alloh   bahwa dirinya meninggalkan perbuatan keji (zina) karena semata-mata takut kepada Alloh  . Orang ketiga memohon kepada Alloh   dengan menyebutkan sifat amanahnya dengan menunaikan gaji karyawannya yang bertahun-tahun ditangannya. Ia melakukan semata-mata mencari ridha Alloh  . Lalu Alloh   mengabulkan doa mereka sehingga bisa keluar dari gua.

8. Masyarakat aman dari kejahatan dan terwujudnya ketentraman hidup.
Tidak ketinggalan kita sebutkan dari peringatan di atas, bahwa hasil ikhlash tidak hanya terbatas di akhirat saja. Dengan kata lain, kita tidak mencari ikhlash agar amal-amal kita diterima di sisi Alloh  , kita bisa mendapatkan keberuntungan di akhirat dan masuk surga, atau kita bisa selamat dari neraka, tetapi selain dari itu, bahwa ikhlash dituntut agar segala urusan di dunia  bisa berjalan lancar, untuk mengokohkan yang benar, membatalkan yang batil, memasyarakatkan kebaikan, menegakkan keadilan, mengenyahkan kezhaliman dan membebaskan masyarakat dari berbagai dampak kerusakan.

Kehidupan menjadi kacau dan lepas kendalinya, jika tidak ada keikhlashan, karena kemunafikan ada dimana-mana. Orang-orang munafik merajai dan dagangan mereka juga laku. Karena sudah ditunggangi hawa nafsu dan kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan materi, mereka tidak peduli jika ada orang kerdil menjadi raksasa, setan menjadi malaikat dan pencoleng menjadi orang terpandang. Mereka bisa menuduh orang-orang yang mulia, mengkhianati orang-orang yang terpercaya, mendustakan orang-orang baik. Mereka tidak peduli jika fatamorgana menjadi air dan rekan menjadi lawan. Kita bisa merasakan yang demikian ini dalam syair-syair lama atau dalam tulisan sebagian para wartawan pada zaman sekarang.

Cinta kepada dunia, gila harta, tahta, kedudukan, jabatan dan penampilan adalah perbuatan para penguasa semacam Fir’aun dan para pemimpin yang diktator, yang berbuat sewenang-wenang di muka bumi, sehingga mereka menyebarkan kerusakan ke mana-mana. Mereka adalah orang-orang munafik yang bisa membatalkan dan mengesahkan tindakannya, yang menjadikan perkataannya sebagai hukum, padahal semua perbuatan mereka adalah batil. Tidak ada yang bisa melepaskan umat dari kesia-siaan, kerusakan dan kerugian kecuali orang-orang yang mukhlish, yang berbuat karena Alloh  , bukan karena manusia, yang bertindak demi kebenaran dan bukan demi hawa nafsu, yang berjihad untuk meninggikan kalimat Alloh  , bukan untuk meningikan kalimat seseorang. Sesungguhnya keselamatan akan terwujud hanya dengan keikhlashan.

9. Kejayaan dan kekuasaan di muka bumi.
Zaman sahabat adalah zaman keemasan Islam. Keperkasaan dan kepahlawanan mereka telah tercatat dalam tinta emas sejarah Islam. Dua negara adi kuasa saat itu kalah dan bertekuk lutut di hadapan prajurit tauhid (baca: sahabat). Mereka mampu memperluas wilayah kekuasaanya hingga ke daratan Eropa, Asia dan Afrika. 

Kenapa mereka biasa meraih puncak kekuasaan? Jawabnya, karena mereka mampu mewujudkan keikhlashan pada jiwa-jiwa mereka dalam menunaikan peribadatan hanya kepada Alloh   semata.

Alloh   berfirman:
“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku.” (QS. an-Nur [24]: 55)

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.