Pengaruh Iman Kepada yang Ghaib Dalam Kehidupan Seorang Muslim


Bagi seorang Muslim, iman kepada yang ghaib memiliki pengaruh yang besar sekali, bahkan pengaruh tersebut terpantul dalam tingkah lakunya dan tercermin dalam jalan hidupnya. Keimanan tersebut merupakan motivator yang sangat kuat untuk melahirkan berbagai amal kebajikan dan dalam memberantas beragam kejahatan. Di antara pengaruh iman kepada yang ghaib bagi kehidupan seorang Muslim adalah: 

1. Ikhlas beramal.

Orang yang beriman kepada yang ghaib akan mempersembahkan amal perbuatannya hanya kepada Alloh  , serta diniatkan untuk memperoleh pahala-Nya dan menghindarkan diri dari siksa neraka di akhirat, bukan menginginkan balasan dunia atau pujian manusia.
Alloh   berfirman tentang para hamba-Nya yang memberikan makanan kepada orang lain padahal mereka sendiri masih begitu menyukainya: 

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Alloh, kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. al-Insan [76]: 8-9)

2. Kuat dan tegar dalam pembenaran. 

Apa saja yang dijanjikan Alloh   kepada orang yang beriman, maka hal tersebut adalah motivator untuk menjadikan seseorang teguh dalam menjalankan segala perintah-Nya, menjelaskan yang haqq (benar), mengajak atau mendakwahkan kepada yang haqq tersebut, serta menjelaskan yang batil dan memeranginya. 
Ketika orang beriman tersebut mengerjakan berbagai amal kebajikan tersebut, ternyata tidak ada seorangpun yang ikut serta atau membantunya, maka ia tetap kuat dalam mengerjakannya, karena masih ada Alloh  . Kehidupan dunia dan segala penderitaannya, baginya terasa mudah, dibandingkan dengan keabadian kehidupan akhirat dan berbagai kenikmatan yang menantinya.

Alloh   menggambarkan ketegaran tersebut dalam firman-Nya:

“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 57-58)
Dalam ayat lain, Alloh   mengisahkan ketegaran para tukang sihir Fir’aun yang telah beriman, ketika dengan gagah mereka berani menganggap remeh bermacam siksaan Fir’aun yang ditimpakan kepada mereka:

“Ahli-ahli sihir itu menjawab, ‘Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan tidaklah kamu menyiksa kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami’. (Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. al-A’raf [7]: 125-126).

3. Meremehkan fatamorgana duniawi.

Hal ini merupakan pengaruh dari berkilaunya hati orang yang beriman kepada yang ghaib, karena keimanannya bahwa dunia beserta kenikmatannya akan lenyap, sedangkan akhirat adalah kehidupan kekal, damai dan abadi selama-lamanya. Juga karena keimanannya yang teguh bahwa tidak masuk akal bila seseorang lebih memilih hal yang fana daripada yang kekal abadi. 
Alloh   berfirman:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. al-‘Ankabut [29]: 64)Alloh   juga mengisahkan istri Fir’aun yang telah mengorbankan segala kemewahan duniawi yang dimilikinya, serta hanya meminta agar diselamatkan dari berbagai keburukan Fir’aun, demi menggapai kebahagiaan akhirat. Hal tersebut terjadi karena hatinya memancarkan sinar keimanan kepada Alloh   dan hari Akhir. 
Alloh   berfirman: 
“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS. at-Tahrim [66]: 11)

4. Mengikis kebencian dan melumat kedengkian.

Iman kepada yang ghaib, khususnya iman kepada janji-janji Alloh   dan ancaman-Nya, sanggup menjadikan seseorang mawas diri dan mau mengoreksi diri sendiri dalam setiap gerak-geriknya guna mendapatkan keagungan pahala-Nya dan menjauhi siksa-Nya. 

BACA JUGA : MACAM-MACAM ALAM GHAIB 

Iman yang benar terhadap adanya pahala juga mampu menjadikan seseorang sigap bergegas untuk mengerjakan berbagai perbuatan baik (ihsan) demi mendapatkan pahala yang kekal. Hal ini termasuk sebagai perkara yang menjadikan bersihnya jiwa dan tersebarnya kasih sayang di antara individu dan jama’ah atau komunal masyarakat. 

Alloh   menceritakan keadaan orang-orang yang telah mempraktekkan hal tersebut dalam firman-Nya: 

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hasyr [59]: 9-10)

Itulah sebagian pengaruh iman kepada yang ghaib dalam kehidupan Muslim, baik secara individual ataupun sebagai jama’ah masyarakat. Pengaruh-pengaruh baik dan positif tersebut akan berkurang disebabkan oleh lemahnya iman. Bahkan bila pengaruh iman sudah tidak ada, maka masyarakat tersebut akan berubah menjadi masyarakat hewani, bukan masyarakat insani lagi. Yaitu masyarakat yang hidup namun dengan memangsa yang lain, yang kuat menindas yang lemah, ketakutan merajalela, musibah meluas dan merata, kemuliaan hilang dan kehinaan merebak di mana-mana. 

Semoga Alloh   melindungi kita dari tipe masyarakat yang berbahaya tersebut, yaitu masyarakat hewani, atau masyarakat yang dikungkung dan dikuasai oleh hukum rimba!

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.