‘UTSMAN BIN ‘AFFAN DAN SIFATNYA YANG SANGAT DERMAWAN




Beliau adalah ‘Utsman bin ‘Affan bin Abi al-‘Ash bin Umayyah bin ‘Abdu Syams. Beliau berasal dari Bani Umayyah yang terpandang. ‘Utsman bin ‘Affan   dikenal sebagai seorang pedagang yang dermawan dan murah hati. Beliau adalah salah seorang yang paling kaya di masa sebelum Islam dan juga setelah Islam.

Keislamannya

‘Utsman bin ‘Affan (jahiliyyah)   memeluk Islam dengan perantaraan dakwah Abu Bakar  . ‘Utsman adalah sahabat yang masuk Islam di masa-masa awal dakwah, bah-kan termasuk salah seorang dari sepuluh orang yang per-tama kali masuk Islam. Setelah mengenal Islam beliau sangat teguh dalam keislamannya.
‘Utsman bin ‘Affan   dikenal sebagai seorang yang lemah lembut namun kuat dalam memegang akidahnya. Hal itu nampak jelas ketika beliau mengenal hidayah dan kemudian masuk Islam. Ketika beliau masuk Islam, paman-nya, al-Hakam bin Abul ‘Ash mengikatnya erat-erat seraya berkata; “Engkau akan berpaling dari ajaran leluhurmu dan beralih ke agama Muhammad?! Demi Alloh, aku tidak akan melepasmu selamanya sampai engkau kembali kepada aga-mamu semula!” Namun dengan tegas ‘Utsman menjawab, “Demi Alloh, aku tidak akan meninggalkan dan berpisah dari agama Muhammad selama-lamanya!” Ketika al-Hakam melihat keteguhan ‘Utsman   terhadap Islam, maka al-Hakam tidak dapat berbuat apa-apa lagi dan akhirnya ia pun melepaskannya.

Kedermawanannya

Tidak ada seorang pun dari suku Quraisy yang memiliki sifat pemurah melebihinya.
Beliau dikenal sebagai seorang sahabat yang kaya raya dan sangat dermawan. Suatu ketika, kaum Muslimin di Madinah pernah kekurangan air karena kemarau yang pan-jang dan mereka membutuhkan penggalian sumur yang banyak airnya. 
Nabi   menyeru kaum Muslimin untuk membuat sumur seraya bersabda:
(( مَنْ يَحْفِرْ بِئْرَ رُومَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ ))، فَحَفَرَهَا عُثْمَانُ. 
“Barangsiapa yang menggali sumur Rumah (nama tempat), maka baginya surga!” . Lalu datanglah ‘Utsman   untuk membiayai pembuatan sumur ter-sebut.” (HR. al-Bukhori)
Pada lain waktu, kota Madinah tertimpa musim paceklik yang membuat harga bahan pangan sangat mahal karena kelangkaannya. Di tengah kelangkaan bahan pangan terse-but datanglah iring-iringan kafilah dagang ‘Utsman bin ‘Affan   dari Syam, berupa 1000 ekor unta yang penuh dengan muatan gandum, minyak dan anggur. Mendengar hal tersebut, para pedagang di Madinah serentak menda-tangi ‘Utsman untuk membeli bahan pangan yang dibawa-nya. Maka ‘Utsman   berkata kepada mereka, “Berapa ka-lian mampu membeli barang dagangan tersebut?”. Sebagian menjawab, “Kami mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya!”. ‘Utsman bertanya, ‘Siapa yang sanggup membeli-nya dengan harga sepuluh kali lipat dari harga belinya?”. Mereka berkata, “Siapa yang sanggup dengan harga sebesar itu? Ini sungguh harga yang sangat mencekik!”. Maka ‘Utsman berkata, “Sesungguhnya Alloh menjanjikan kepada-ku untuk memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dalam firman-Nya:

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat, maka ia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatan-nya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugi-kan).” (QS. al-An’am [6]: 160)

Kemudian beliau melanjutkan, “Adakah di antara kalian yang mampu membelinya?”. Mereka menjawab, “Tidak!”, maka ‘Utsman   berkata, “Persaksikanlah oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku sedekahkan bagi para faqir miskin Madinah!”

‘Utsman bin ‘Affan   adalah sahabat Rosululloh   yang sangat setia dan dengan kedermawanannya beliau membuk-tikan kesetiannya tersebut. Sumbangan harta beliau dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh Rosululloh   tidaklah terhitung.

Rasa Malunya Yang Sangat Kuat

Tidak ada seorangpun yang memiliki rasa malu yang melebihinya, hingga Rosululloh   pun malu kepadanya dan bersabda:
(( أَلاَ أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ ))
“Tidakkah aku merasa malu kepada seorang lelaki yang  para malaikat pun merasa malu kepadanya.” (HR. Muslim)

Menantu Rosululloh   

‘Utsman bin ‘Affan   menikah dengan dua putri Ro-sululloh   (setelah salah satunya wafat), yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum  . Oleh karena itu, beliau disebut Dzun-Nuurain (seorang yang memiliki dua cahaya), karena beristrikan dua putri Rosululloh   yang bagaikan “cahaya” yang menyinari kehidupan.
Rasa Takutnya kepada Alloh  

‘Utsman    adalah seorang yang memiliki rasa takut (khasyyah) yang sangat besar kepada Alloh  . Salah se-orang sahabatnya yaitu Hani’ (mantan budaknya)  pernah berkata:
كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ، فَقِيلَ لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلاَ تَبْكِى وَتَبْكِى مِنْ هَذَا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ   قَالَ: (( إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ )). قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ  : (( مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ ))
“Adalah ‘Utsman  jika berdiri di sisi kubur beliau me-nangis hingga linangan air matanya membasahi jenggotnya, maka seseorang bertanya kepadanya; “Wahai ‘‘Utsman, ke-napa setiap kali disebutkan di sisimu tentang kubur engkau selalu menangis, tetapi jika disebutkan tentang surga dan neraka engkau tidak menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena aku pernah mendengar Rosululloh   bersabda:

‘Kubur adalah persinggahan pertama dari berbagai persing-gahan akhirat. Karena itu, barangsiapa yang selamat di da-lamnya, maka urusan sesudahnya akan lebih mudah. Se-baliknya, barangsiapa yang tidak selamat di dalamnya (di-siksa), maka urusan sesudahnya jauh lebih sulit lagi!” (HR. at-Tirmidzi)

BACA JUGA : DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM

Ibadahnya

‘Utsman bin ‘Affan   dikenal sebagai seorang yang sholeh dan sangat tekun dalam beribadah. Setiap malam-nya ia lewati dengan berdiri shalat, ruku’ dan sujud. Beliau hanya tidur sejenak saja di awal malam, sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah. Seorang tabi’in, Muhammad bin Sirin   berkata, “‘Utsman senantiasa meng-hidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau terkenal sangat banyak membaca al-Qur’an dan bah-kan selalu mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali.”

Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitabnya, Hilyatul Auliyaa’, dari Sufyan bin ‘Uyainah   bahwa ia berkata, ‘Utsman bin ‘Affan   pernah berujar: 
( لَوْ طَهَرَتْ قُلُوْبُنَا مَا شَبِعَتْ من كَلاَمِ اللهِ وَمَا أُحِّبُّ أَنْ يَأْتِيَ عَلَىَّ يَوْمٌ وَلاَ لَيْلَةٌ إِلاَّ أَنْظُرُ فِيْ كَلاَمِ اللهِ يَعْنِى فِيْ الْمُصْحَفِ )
 “Seandainya hati kita suci, niscaya ia tidak akan pernah kenyang (bosan) membaca kalamullah (al-Qur’an). Sungguh aku tidak suka apabila datang padaku suatu hari atau malam sementara aku tidak melihat pada kalamullah (mushaf al-Qur’an)!” 

Keutamaannya

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar   ia berkata bahwa ada se-orang laki-laki dari Mesir datang kepadanya seraya berkata, “Apakah engkau tahu bahwa ‘Utsman lari pada perang Uhud?”. Ibnu ‘Umar menjawab, “Ya!”. Orang itu kemudian berkata, “Apakah engkau tahu bahwa dia absen dari perang Badar dan tidak ikut menghadirinya?”. Ibnu ‘Umar men-jawab, “Ya!”. Orang itu berkata, “Engkau tahu bahwa dia absen dari Bai’at ar-Ridwan dan tidak menyertainya?”. Ibnu ‘Umar menjawab, “Ya!”. Orang itu berkata lagi, “Allahu Akbar!”. Ibnu ‘Umar berkata, “Kemarilah, aku jelaskan ke-padamu. Adapun tentang tidak turut sertanya beliau pada perang Uhud, maka aku bersaksi bahwa Alloh telah memaaf-kan dan mengampuninya. Adapun tentang absennya beliau dalam perang Badar, maka sesungguhnya ketika itu isteri beliau yang adalah putri Rosululloh sedang sakit, sehingga Rosululloh bersabda kepadanya, “Sesungguhnya bagimu pahala seorang yang ikut dalam perang Badar.” Adapun tentang tidak ikut sertanya dalam Bai’at ar-Ridwan, maka seandainya di kalangan Makkah ada seorang yang lebih di-segani daripada ‘Utsman, niscaya Nabi akan mengutus orang itu. Rosululloh mengutus ‘Utsman, sementara itu Bai’at ar-Ridwan terjadi setelah perginya ‘Utsman ke Makkah. Kemudian Rosululloh mengisyaratkan dengan tangan kanan-nya, “Ini adalah untuk tangannya ‘Utsman!”. Kemudian beliau menepuk tangan tersebut ke tangan kirinya seraya bersabda, “Ini untuk ‘Utsman!” (HR. al-Bukhari)

Dari ‘Aisyah  , ia berkata bahwa Rosululloh   ber-sabda:
(( يَا عُثْمَانُ! إِنْ وَلاَّكَ اللَّهُ هَذَا الأَمْرَ يَوْمًا فَأَرَادَكَ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تَخْلَعَ قَمِيصَكَ الَّذِى قَمَّصَكَ اللَّهُ فَلاَ تَخْلَعْهُ )) 
“Wahai ‘Utsman! Apabila pada suatu hari nanti Alloh menguasakan urusan ini (khilafah) kepadamu, lalu orang-orang munafiq menghendaki agar engkau me-nanggalkan pakaian yang telah Alloh pakaikan ke-padamu, maka janganlah engkau menanggalkannya!”.

Beliau bersabda seperti itu sebanyak tiga kali. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Albani)

Dari ‘Aisyah   juga ia berkata bahwa Rosululloh   bersabda pada waktu sakitnya:
(( وَدِدْتُ أَنَّ عِنْدِى بَعْضَ أَصْحَابِى )). قُلْنَا: ( يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ نَدْعُو لَكَ أَبَا بَكْرٍ ) فَسَكَتَ. قُلْنَا: ( أَلاَ نَدْعُو لَكَ عُمَرَ ) فَسَكَتَ. قُلْنَا: ( أَلاَ نَدْعُو لَكَ عُثْمَانَ )، قَالَ: (( نَعَمْ )). فَجَاءَ عُثْمَانُ فَخَلاَ بِهِ فَجَعَلَ النَّبِىُّ   يُكَلِّمُهُ وَوَجْهُ عُثْمَانَ يَتَغَيَّرُ. قَالَ قَيْسٌ فَحَدَّثَنِى أَبُو سَهْلَةَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ قَالَ يَوْمَ الدَّارِ: ( إِنَّ رَسُولَ اللهِ   عَهِدَ إِلَىَّ عَهْدًا وَأَنَا صَائِرٌ إِلَيْهِ ). وَقَالَ عَلِىٌّ فِى حَدِيثِهِ وَأَنَا صَابِرٌ عَلَيْهِ.

“Aku ingin seandainya sebagian sahabatku berada di sisiku!”. Maka ‘Aisyah   berkata, “Bagaimana kalau kami panggilkan untukmu Abu Bakar?”. Beliau diam, lalu ‘Aisyah berkata, “Bagaimana kalau kami panggilkan untukmu ‘Umar?”, beliau tetap diam, lalu ‘Aisyah berkata, “Bagai-mana kalau kami panggilkan untukmu ‘‘Utsman?” dan be-liau setuju. Maka ketika ‘Utsman sudah berada di sisi beliau, beliau bersabda kepadanya dan membuat wajah ‘Utsman berubah (terkejut) ketika mendengar sabda beliau tersebut. Maka pada hari ketika ‘Utsman dikepung (para pemberon-tak) di dalam rumahnya, ia berkata, ‘Sesungguhnya Nabi telah berpesan kepadaku dengan suatu pesan, maka aku pun bersabar dalam memegangnya!” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Albani)


Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.