ADAB-ADAB DALAM BERDZIKIR


Dzikrullah (berdzikir kepada Alloh   merupakan amal yang mulia lagi utama,  memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Alloh  , dan sangat besar pahalanya. Dzikrullah merupakan perkara yang teragung yang Alloh perintahkan dalam al-Qur’an melalui lisan Rosululloh  . Alloh   telah menjanjikan pahala yang besar baginya. 

Dzikir memiliki berbagai adab-adab Islam yang hendaknya diperhatikan oleh seorang Muslim. Di antara adab yang harus dijaga berkaitan dengan dzikir adalah sebagai berikut:

1. Ikhlash karena Alloh   dalam berdzikir.

Cahaya ikhlash dalam setiap ucapan dan perbuatan merupakan syarat diterimanya amal shaleh seseorang. Tanpa ikhlash amal tak bermakna laksana debu yang beterbangan. Usaha dan jerih payahnya bernilai sia-sia.
Alloh   berfirman:

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Qs. az-Zumar [39] : 11)Seyogyanya seorang hamba berdzikir kepada Alloh   dengan penuh keikhlashan, mengharap wajah Alloh   dan mengharapkan pahalanya. Tak terbesit dalam sanubarinya sedikitpun noda-noda riya’. 

2. Memperbanyak dzikir di setiap keadaan.

Sesunguhnya dzikir merupakan amal yang teragung dalam rangka mendekatkan diri kepada Alloh  . Oleh karena itu, setiap Muslim diperintahkan agar senantiasa berdzikir kepada Alloh   dalam setiap keadaan.
Alloh   berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Alloh dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS.al-Ahzab [33] : 41-42)Dengan kata lain, dzikirlah kepada Alloh   dengan lisan, seperti tahlil, tasbih, takbir, membaca al-Qur’an, perintah kepada kebaikan dan larangan melakukan kejahatan dan lain-lain. Dzikirlah kepada kepada Alloh   dengan anggota badan, seperti shalat, haji, berjihad dan lain-lain. Berdzikirlah kepada-Nya dalam hati, seperti bertafakkur berkenaan dengan asma Alloh  , hukum-hukum-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan ayat-ayat-Nya. 

Begitu pula berdzikirlah kepada-Nya dalam segala keadaan. Sebab manusia tak akan lepas dari keadaan menunaikan ketaatan atau terjerumus kepada kemaksiatan. Memperoleh kelapangan rezeki atau mengalami kesulitan ekonomi.

Jika dalam keadaan banyak menunaikan ketaatan, maka ia harus banyak berdzikir kepada Alloh   dan tetap dengan ikhlash dan memohon kepada-Nya agar diterima segala amal yang telah diperbuat dan memohon taufik-Nya agar langgeng menunaikan ketaatan tersebut. Jika dalam keadaan terjerumus kemaksiatan, maka ia harus dzikir kepada Alloh   dengan memohon taubat dan ampunan kepada-Nya.

 Jika dalam keadaan lapang, ia harus berdzikir dengan bersyukur kepada-Nya atas berbagai nikmat yang dianugerahkan. Jika dalam keadaan sulit, maka ia harus berdzikir kepada Alloh   dengan bersabar terhadap ujian yang menimpa dirinya.

Orang-orang yang banyak mengingat Alloh   akan memperoleh bagian yang penuh dan imbalan yang sempurna, yaitu Alloh   akan mengingat mereka. Alloh   akan memberi rahmat kepada mereka dan juga dari para malaikat-Nya.
Rahmat Alloh   terhadap hamba-hamba-Nya yang mau mengingat-Nya adalah sanjungan kepada mereka di depan para malaikat yang mulia di atas ‘Arsy. Sedangkan rahmat dari malaikat adalah doa agar mereka diberikan ampunan.
Alloh   berfirman:

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Robbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Robb Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Robb kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shaleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (Qs. al-Mu'min [40] : 7-9)3. Merendahkan suara ketika berdzikir.
Merendahkan suara ketika berdzikir lebih dekat kepada keikhlashan, kekhusyu’an, dan ketenangan jiwa serta menjauhkan diri dari riya’. Sebagian kaum Muslimin melantunkan dzikir kepada Alloh   dengan mengangkat dan meninggikan suara, mereka beranggapan bahwa hal yang demikian disyariatkan dalam agama. Padahal, hal itu menyelisihi petunjuk Rosululloh  .
Rosululloh   pernah menyaksikan para sahabat meninggikan suara saat melantunkan dzikir. Kemudian beliau   membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka, lalu bersabda:
“Wahai manusia, rendahkanlah suara kalian, sesungguhnya kalian menyeru kepada Dzat yang tuli dan jauh. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dzat yang kalian seru lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada leher tunggangannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 

4. Menangis dan melembutkan hati ketika berdzikir.

Barangsiapa bersunyi sepi di malam hari untuk berdzikir kepada Alloh   dengan merenungi dan memahami makna dari dzikir yang ia lantunkan, lalu meneteskan air matanya, maka ia memperoleh pahala yang melimpah di sisi Alloh  . Asalkan, hal tersebut bukan terjadi karena faktor riya’.
Rosululloh   bersabda:
(( سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ... وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ))
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari tiada naungan selain naungan Alloh:...antara lain orang yang berdzikir kepada Alloh dengan menyendiri, lalu kedua matanya meneteskan air mata.” (HR. al-Bukhari, Muslim,  at-Tirmidzi, Ahmad, dan an-Nasa’i)
Dengan demikian, selayaknya seorang Muslim berusaha menangis saat berdzikir apabila ia mampu, khususnya ketika mendengar bacaan al-Qur’an. Hendaknya seorang Muslim melembutkan hatinya dan khusyu’ dengan keagungan al-Khaliq, serta dengan kekuasaan dan kesempurnaan-Nya. Karena dengan demikian, ia akan mendapatkan manfaat yang cukup dari dzikir dan mendapatkan seluruh faidah dzikir yang diharapkan.
Alloh   berfirman:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Hadid [57] : 16)5. Memperbanyak dzikir-dzikir yang ma’tsur.
Hendaknya seorang Muslim memperbanyak dzikir yang ma’tsur atau yang shahih dari Rosululloh  . Hal ini termasuk dari perwujudan ittiba’ kepada Nabi Muhammad   dan tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk jenis dzikir yang paling utama. Sebab sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau  . 
Buku yang menghimpun tentang petunjuk dan sifat dzikir Nabi Muhammad   sudah banyak terbit. Seperti, terjemah Hishn al-Muslim, terjemah al-Adzkār, termasuk buku kecil yang kami terbitkan dan lain-lain. Hendaknya setiap Muslim bersemangat mencari ilmu berkaitan  dengan dzikir yang shahih dan mengamalkannya dengan penuh keikhlashan dan kekhusyu’an.

BACA JUGA :  MANFAAT BERDZIKIR YANG BELUM BANYAK DI KETAHUI

6. Menjauhi dzikir-dzikir yang tidak disyariatkan dan tidak diajarkan oleh Rosululloh  .

Dzikir yang tidak dicontohkan oleh Rosululloh   begitu merebak bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Yang membuat hati miris dan sedih adalah sebagian kaum Muslimin mengamalkan dzikir tersebut. Padahal, termasuk adab kepada Alloh   adalah beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang Dia syariatkan.
Sebagian kaum Muslimin ada yang menghabiskan waktunya untuk membaca lafadz dzikir, “Ya Alloh. Ya Alloh. Ya Alloh.” Atau “Ya Lathif. Ya Lathif. Ya Lathif” dan lain sebagainya hingga beribu-ribu kali. Mereka menganggap bahwa berdzikir dengan hal demikian adalah suatu kebaikan dan memperoleh pahala. Sebetulnya mereka telah berbuat keburukan dan menyimpang dari sifat dzikir Nabi Muhammad  . Dan bisa jadi mereka itu termasuk dalam firman Alloh  :

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. al-Kahfi [18] : 104)
Rosululloh   bersabda:
(( مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ))
“Barangsiapa yang berbuat amalan yang tidak terdapat contoh pada ajaran kami, maka ia tertolak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
7. Memperbanyak membaca al-Qur’an.
Hendaknya seorang Muslim memperbanyak membaca al-Qur’an. Sebab membaca al-Qur’an merupakan dzikir yang teragung. al-Qur’an adalah kalamullah, maka baginya pahala yang tidak dimiliki oleh dzikir-dzikir yang lain.
Alangkah bahagia dan gembiranya bagi siapa saja yang mendulang pahala emas dengan banyak membaca kalam Ilahi tersebut. Satu huruf darinya dilipatgandakan hingga sepuluh kali lipat. Sungguh pahala dan balasan begitu melimpah dan mengagumkan. Sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh  :
(( مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ آلم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ ))
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, maka baginya satu kebaikan, dan setiap satu kebaikan akan dilipat gandakan hingga sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam itu satu huruf dan mim itu satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi)
Bagaimana bila kita membaca al-Qur’an satu juz dalam seharinya? Bagaimanakah bila lebih dari itu? Namun, di antara kita ada yang mengabaikan mutiara berharga ini. Ia lebih suka dan senang menghabiskan waktunya untuk menyaksikan televisi, berlebih-lebihan dalam tidur lebih dari yang diperlukan terutama di siang hari, menghamburkan harta dengan membeli berbagai menu makanan, minuman, pakaian, perhiasan dan lain-lain.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir   ia berkata: “Rosululloh   keluar, sedang saat itu kami di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda:

(( أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ )). فَقُلْنَا: ( يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ). قَالَ: (( أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ ))
‘Siapakah di antara kalian yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau al-‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya tanpa mengerjakan dosa atau memutus hubungan karib kerabat?’ Kami (yang hadir) berkata, ‘Ya, kami senang, wahai Rosululloh!’ Lalu beliau bersabda, ‘Apakah seseorang di antara kalian tidak berangkat pagi ke masjid, lalu mengajar atau membaca dua ayat al-Qur’an, maka hal itu sungguh lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila mengajar atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila membaca atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta) dan dari seluruh bilangan unta.” (HR. Muslim)
Sufyan ats-Tsauri  : 

“Kami mendengar bahwa membaca al-Qur’an itu adalah sebaik-baiknya dzikir jika diamalkan.”
Saudara kaum Muslimin dan Muslimat....
Alangkah agungnya kedudukan dan pahala berdzikir. Lantas, kenapa kita tidak antusias mengamalkannya?
Semoga Alloh   menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang gemar berdzikir kepada-Nya dan mendapatkan selaksa pahala-Nya. Amin....

1 komentar:

  1. اسمع يا اسرائيل. الرب الهنا رب واحد.

    BalasHapus

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.