SEJARAH UMAR BIN KHATAB (Sang Pemberani)


Tiga belas tahun setelah kelahiran Rosululloh  , datanglah waktu kelahiran tokoh sentral ini. Wajah al-Khaththab bin Nufail tampak cerah menerima ucapan selamat dari kaum kerabatnya dan terlihat begitu senang hatinya dengan kehadiran putra kecilnya tersebut. Kemudian ia menuju rumahnya untuk mengucapkan selamat kepada isterinya, Hantamah binti Hasyim serta dipilihnya ‘Umar sebagai nama putranya.

Yaitu untuk ‘Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza. Nasab beliau bersatu dengan nasab Nabi   pada jalur Ka’ab bin Luay.

Kunyah (nama keluarga) beliau adalah Abu Hafsh, yang artinya bapaknya singa sebagai perlambang keberaniannya yang bagaikan auman dan terkaman raja rimba.
Sedangkan laqab (gelar)nya adalah al-Faaruuq, artinya orang yang dapat membedakan antara kebaikan dan kebu-rukan.

Keislamannya

Suatu malam, beliau keluar rumah hingga tiba di Masjidil Haram. Beliau menyibak kain penutup Ka’bah, dan dilihat-nya Nabi   sedang mengerjakan shalat. Saat itu Rosul   membaca surat al-Haqqah, ‘Umar menyimak bacaan al-Qur’an itu dan ia merasa takjub terhadap susunan bahasanya. Ia berkata dalam hati: “Demi Alloh, tentunya ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan orang-orang Quraisy.”. Lalu Nabi   membaca ayat:

“Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Alloh yang diturunkan kepada) Rosul yang mulia. Dan al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.” (QS. al-Haqqah [69]: 40-41)‘Umar berkata dalam hatinya: “Kalau begitu pasti ucap-an tukang tenung.” Nabi   meneruskan bacaannya:

“Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran dari padanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Robb semesta alam.” (QS. al-Haqqah [69]: 42-43)

Beliau   meneruskan bacaannya hingga akhir surat se-perti yang diceritakan ‘Umar   sendiri, maka mulai saat itulah menyusup ke dalam hatinya cahaya Islam.
Inilah awal mula benih-benih Islam merasuk ke dalam hati ‘Umar bin al-Khaththab   dan hal ini juga karena ber-kat doa Rosul  :
(( اللَّهُمَ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ خَاصَّةً )) 
“Ya, Alloh. Kuatkanlah Islam dengan ‘Umar bin Khaththab secara khusus.” (HR. Ibnu Majah, lihat Silsilah ash-Shahīhah)

Maka ‘Umar   setelah itu datang ke rumah ‘Arqam bin Abi al-Arqam   (tempat Rosululloh   berdakwah secara sembunyi-sembunyi) untuk bersaksi dan masuk Islam.

Keutamaannya

Membicarakan keutamaan ‘Umar merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan mene-ladaninya dalam segala aspek dunia dan akhiratnya. Alloh   menganugerahkan kepada ‘Umar banyak keutamaan dan kelebihan yang tak dimiliki oleh manusia selainnya. Ber-ikut ini beberapa contoh tentang keutamaan ‘Umar bin Khaththab  : 
1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘Umar   termasuk penghuni surga.

Sungguh hal ini merupakan keagungan dan keting-gian kedudukan ‘Umar  . Di waktu ia masih hidup, diberitakan kabar gembira bahwa ia kelak memasuki surga. Yang sangat menakjubkan berita itu bersumber dari lisan Rosululloh   yang perkataanya tak pernah didustakan sedikitpun.

Dari Sa’id bin Zaid  , bahwa ia bertutur; “Aku ber-saksi atas nama Rosululloh  , aku mendengar bahwa beliau bersabda: “(Sepuluh shahabat yang masuk surga adalah): (1) Abu Bakar (ash-Shiddiq); (2) ‘Umar bin al-Khaththab; (3) ‘Utsman (bin ‘Affan); (4) ‘Ali (bin Abi Thalib); (5) Thalhah (bin ‘Ubaidillah); (6) al-Zubair (bin al-‘Awwam); (7) ‘Abdur Rahman bin ‘Auf; (8) Sa’ad (bin Abi Waqqash); (9) Sa’id (bin Zaid); dan (10) Abu ‘Ubai-dah bin al-Jarrah.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Dari Abu Hurairah  , bahwa ia bertutur: 
Rosululloh   pernah berada di atas bukit (gua) Hira bersama Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Thalhah dan az-Zubeir. Tiba-tiba bukit bergetar, maka beliau   ber-sabda:
(( اِهْدَأْ فَمَا عَلَيْكَ إِلاَّ نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيْقٌ أَوْ شَهِيْدٌ ))
“Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid.”  (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad)

2. Seorang yang disegani, hingga setan akan lari jika ber-papasan dengan beliau. 
Setan adalah faktor terbesar yang menjerumuskan manusia kepada tindakan kemaksiatan. Ia musuh ter-buruk bagi manusia hingga Alloh   memerintahkan kepada umat manusia agar menjadikannya sebagai musuh. Begitulah peran berbahaya setan. 
Namun keperkasaan dan kekuatan setan untuk me-rayu manusia agar menjadi penghuni neraka jahannam bersamanya bertekuk lutut dan tak berdaya di hadapan ‘Umar bin Khaththab  .

Rosulullah   bersabda:
(( وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ مَا لَقِيْتَ الشَّيْطَانَ سَالِكًا فَجًّا قَطُّ إِلاَّ سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ ))
“Demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, kamu tidak akan menjumpai setan berjalan pada suatu jalan me-lainkan ia berjalan di jalan selain jalanmu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Rosululloh   juga bersabda kepada ‘Umar  :
(( إِنِّي َلأَنْظُرُ إِلَى شَيَاطِيْنِ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ قَدْ فَرُّوْا مِنْ عُمَرَ ))
“Sesungguhnya saya melihat setan-setan jenis manu-sia dan jin berlarian dari ‘Umar.”  (HR. at-Tirmidzi)

3. Kemuliaan ‘Umar   tak hanya sebatas pada keberanian-nya, tetapi juga pada kebenaran dirinya. 
Di bawah naungan tarbiyah nubuwah, ‘Umar   menjadi sosok pribadi yang hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran dan keislaman. Hal ini membuahkan kejernihan dan keputihan hatinya. Oleh karena itu, meluncurlah dari lisan ‘Umar   kebenaran.

Ia mengusulkan agar tawanan perang Badar dipeng-gal, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat agar isteri-isteri Nabi Muhammad   ber-hijab, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat untuk menjadikan tempat Nabi Ibrahim    saat berdiri mendirikan Ka’bah sebagai tempat shalat, lalu al-Qur’an turun memberikan persetujuan. ‘Umar   berkata kepada isteri-isteri Nabi   pada waktu ber-kumpul dengan mereka sebab rasa cemburu di antara mereka kepada beliau  , “Apakah kalian akan meng-hentikan tindakan kalian atau Robbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian?” 
Kemudian al-Qur’an turun bersesuaian dengan pen-dapat ‘Umar   tersebut. 
Alloh   berfirman:

“Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Robbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS. at-Tahrim [66]: 5) 
Tatkala ‘Abdullah bin Ubai bin Salul wafat, Nabi Muhammad   berdiri hendak menyalatinya, lalu ‘Umar   menarik baju beliau agar tidak melakukannya seraya berkata, “Wahai Rosululloh sesungguhnya ia seorang munafik!” Lalu beliau tetap menyalatinya, maka Alloh   menurunkan firman-Nya  kepada beliau   yang ber-bunyi: 

“Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan jangan-lah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesung-guhnya mereka telah kafir kepada Alloh dan Rosul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS. at-Taubah [9]: 84)‘Umar   adalah penjaga dan pemelihara Islam, ka-rena Alloh   menjadikan kebenaran pada lisannya. Ibnu ‘Umar   meriwayatkan dari Rosululloh  , bahwa beliau bersabda:
(( إِنَّ اللهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلىَ لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ ))
“Sesungguhnya Alloh   menjadikan kebenaran pada lisan dan hati ‘Umar  .” (HR. at-Tirmidzi)

Ibnu ‘Umar   berkata:
( ماَ نَزَلَ بِالنَّاسِ أَمْرٌ قَطُّ فَقَالُوْا فِيْهِ وَقاَلَ فِيْهِ عُمَرُ إِلاَّ فِيْهِ الْقُرْﺁنُ عَلىَ نَحْوِ مَا قاَلَ عُمَرُ )
“Tidaklah ada suatu perkara yang terjadi di kalangan para sahabat, lalu mereka membahasnya begitu pula ‘Umar  , melainkan al-Qur’an turun sesuai dengan pendapat ‘Umar  .”

4. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Alloh  .
Suatu keistimewaan luar biasa yang Alloh   anu-gerahkan kepada hamba-Nya ini. Yaitu hatinya dibisik-kan sesuatu oleh Alloh   untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan, antara kekufuran dan keimanan, antara ketaatan dan kefasikan.
Rosululloh   bersabda:
(( لَقَدْ كَانَ فِيْمَا قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ نَاسٌ مُحَدَّثُوْنَ فَإِنْ يَكُنْ فِيْ أُمَّتِيْ أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ )) 
“Sungguh pada umat-umat terdahulu sebelum kalian, ada orang-orang yang diberi ilham, maka jika ada pada umatku seorang saja, sesungguhnya itu adalah ‘Umar”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Salah satu sebab kejayaan Islam. 
‘Abdulloh bin Mas’ud   berkata:
(( مَا زِلْنَا أَعِزَّةً مُنْذُ أَسْلَمَ عُمَرُ ))
“Kita senantiasa dalam kemuliaan sejak ‘Umar masuk Islam.” (HR. al-Bukhari)
‘Umar   dikenal di masa jahiliyah sebagai orang yang sangat pemberani. Oleh karena itu, Rosululloh   sangat berharap terhadap keislamannya hingga beliau berdoa:
(( اَللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَوْ بِعَمْرٍو بِنْ هِشَامٍ  ))
“Ya Alloh, muliakan Islam dengan ‘Umar bin  al-Khaththab atau Amr bin Hisyam.” 
Doa Rosululloh   terkabul dan terbukti dengan ke-islaman ‘Umar   sehingga barisan kaum Muslimin semakin kuat dan perkasa. ‘Umar   mengajak kaum Muslimin agar menampakkan keislamannya dengan terang-terangan.

Kepribadiannya

Kepribadian ‘Umar bin al-Khaththab   sungguh sangat menakjubkan. Menggali aspek kepribadiannya bagaikan bahtera berlayar di samudra yang luas tak berpantai. Butir-an-butiran dan mutiara-mutiara kebaikannya tak pernah sirna sepanjang masa dan zaman. Berikut paparan sebagian kepribadian ‘Umar  , sosok pemimpin hebat nan tangguh: 
a. Kesederhanaannya.

Tatkala ghanīmah (harta rampasan perang) dari tentara Kisra (Raja Persia) dikirim kepada ‘Umar untuk dibagikan kepadanya dan kaum Muslimin. Tiba-tiba beliau memban-dingkan dengan pandangan mata dan bashīrah (pandangan hati)nya antara kehidupannya dengan kehidupan kedua sa-habatnya, yaitu Rosululloh    dan Abu Bakar  . Maka ia mendapati bahwa Alloh    telah menyelamatkan kedua-nya dari melihat harta yang menggoda tersebut. Maka iapun takut jika diuji dengan harta tersebut sebagai istidraj (ke-nikmatan yang menyeret seseorang kepada kebinasaan). Ia pun menangis seraya berkata, “Ya Alloh, sesungguhnya Engkau telah mencegah harta ini dari Rosul-Mu, padahal beliau lebih Engkau cintai dan lebih mulia di sisi-Mu dari-pada aku. Dan Engkau telah mencegahnya dari Abu Bakar, padahal ia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripada aku.  Kemudian Engkau memberikannya kepadaku, maka aku berlindung kepada-Mu dari Engkau berikan harta ini kepadaku untuk mencelakakanku.”. Kemudian beliaupun menangis hingga orang-orang yang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Lalu ia berkata kepada ‘Abdul Rahman bin ‘Auf  , “Aku bersumpah kepadamu agar engkau menjualnya lalu membagikannya kepada manusia sebelum datangnya sore hari.”

Ahnaf bin Qais   berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di pintu rumah ‘Umar   tiba-tiba lewatlah seorang budak wanita. Orang-orang berkata, ‘Ini budak wanita milik Amirul Mukminin.”, mendengar itu ‘Umar membantah, ‘Bukan, ia bukan milik Amirul Mukminin, tapi termasuk dari harta Alloh (baitul mal).’ Lalu kami bertanya, ‘Lalu apa yang boleh baginya dari harta Alloh?’, beliau menjawab, ‘Sesungguhnya tidak halal bagi ‘Umar dari harta Alloh ke-cuali dua pakaian, satu pakaian untuk musim panas serta apa yang saya pakai untuk haji dan ‘umrah. Makananku dan keluargaku tidak berbeda dengan apa yang dimakan oleh salah seorang dari Quraisy.”

Ketika pada masanya terjadi musim paceklik, maka se-lama setahun beliau tidak pernah makan daging atau minyak samin.
Qatadah   berkata, “‘Umar mengenakan jubah dari wol yang bertambal padahal beliau adalah khalifah. Ia berke-liling di pasar-pasar dengan membawa tongkat kecil di pun-daknya untuk mendidik orang-orang”

Anas   berkata, “Aku melihat empat tambalan di baju ‘Umar di antara dua pundaknya.”
Suatu hari beliau menjenguk ‘Ashim  , putranya. Be-liau dapati anaknya sedang makan daging. ‘Umar berkata, “Apa ini?”. ‘Ashim menjawab, “Kami sedang berselera untuk makan daging”, ‘Umar   berkata, “Apakah setiap kali eng-kau berselera terhadap sesuatu engkau akan memakannya? Cukuplah sebagai pemborosan jika seseorang memakan semua yang diinginkannya!”

b. Kedermawanannya.
Tangan kedermawanan ‘Umar   laksana angin yang berhembus. Ia berlonba-lomba dengan Abu Bakar   untuk menginfakkan hartanya di jalan Alloh  . Ia ingin sekali mengalahkan Abu Bakar  .

Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab, ia berkata, “Rosululloh menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya se-dang memiliki harta. Lalu saya katakan, “Hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakar, dimana saya tidak pernah menga-lahkan Abu Bakar sebelum ini. Saya datang kepada Rosu-lulloh untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya. Rosululloh bertanya kepada saya: “Lalu apa yang kau sisa-kan untuk keluargamu.”. Saya katakan kepada Rosululloh bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan. Kemudian Abu Bakar datang kepada Rosululloh dengan menginfakkan semua hartanya. Rosululloh menanyakan padanya, “Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?”

“Saya menyisakan untuk mereka Alloh dan Rosululloh.”
Saya berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin dapat mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya. 

c. Rasa Takutnya Kepada Alloh  
Anas bin Malik    berkata, “Aku pernah masuk satu kebun, lalu aku mendengar ‘Umar berkata –antara aku dan ia terhalang sebuah tembok–, ‘Umar bin al-Khaththab, Amirul Mukminin, ah!! ah!! Sungguh engkau harus takut kepada Alloh wahai anak al-Khaththab, atau kalau tidak maka Alloh akan menyiksamu!”
al-Hasan   berkata, “Kadang-kadang ketika ‘Umar membaca satu ayat dari bacaan rutinnya, maka ia terjatuh sakit hingga dijenguk berhari-hari.”
Muhammad bin Sirin    berkata, “Suatu hari mertua ‘Umar datang menemuinya, lalu ia minta supaya ‘Umar memberinya sejumlah uang dari Baitul Mal. ‘Umar mem-bentaknya seraya berkata, “Engkau ingin agar aku meng-hadap Alloh sebagai raja yang berkhianat?”, kemudian ‘Umar memberinya dari hartanya sendiri sebanyak 10.000 dirham.
Demikianlah sikap wara’ ‘Umar  , hingga an-Nakha’i   berkata, “Sesungguhnya ‘Umar biasa berdagang padahal beliau adalah seorang khalifah.”
‘Abdullah bin ‘Umar   berkata, “Aku tidak pernah me-lihat ‘Umar marah lalu disebut nama Alloh di sisinya atau seseorang membaca ayat al-Qur’an, melainkan marahnya akan berhenti dan segera mengurungkan niatnya.”

d. Sosok Problem Solver.
‘Umar bin al-Khaththab   sosok sahabat yang teguh hatinya dan  mempunyai pertimbangan yang matang dalam menentukan kebijakan. Dalam menghadapi problematika yang melanda kaum Muslimin, ia senantiasa mencari so-lusi dan jalan keluar untuk kemaslahatan umat. 

Salah satu contoh bahwa ‘Umar sosok problem solver adalah saat minuman keras (khamr) masih dihalalkan pada kaum Muslimin, ‘Umar   berpendapat bahwa khamr akan menghilangkan akal dan menghabiskan harta kemudian ia berdoa, “Ya Alloh berilah penjelasan kepada kami tentang perihal minuman keras (khamr), karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.”. Kemudian turunlah wahyu kepada Nabi Muhammad  :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian shalat, sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.” (QS. an-Nisa’ [4]: 40)
Akan tetapi kebiasaan minum khamr di kalangan umat belum juga berhenti. Maka ‘Umar   kembali memohon kepada Alloh  , “Ya, Alloh jelaskan pada kami perihal khamr  dengan keterangan yang pasti, karena sesungguh-nya ia dapat menghilangkan akal dan harta.”. Kemudian turunlah ayat:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (me-minum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuat-an itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesung-guhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Alloh dan shalat; maka ber-hentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. al-Ma’idah [5]: 90-91)


e. Peduli Terhadap Anak-Anak dan Janda.
Kepedulian ‘Umar   terhadap anak-anak merupakan bukti nyata,  bahwa ia adalah orang yang sangat memper-hatikan generasi mendatang. Hal ini juga menjadi bukti bahwa ia lebih maju daripada peradaban modern. 

‘Umar   memandang bahwa subsidi bagi anak-anak merupakan hak yang wajib diberikan. Ia berpendapat bahwa masalah utama dalam  memberikan hak-hak mereka semen-jak mereka disapih. ‘Umar   menetapkan subsidi untuk anak yang sedang menyusu 100 dirham. Manakala ber-anjak besar menjadi 200 dirham. Kemudian ‘Umar   meng-ubah subsidi bagi anak-anak dan menetapkannya semen-jak lahir. 

Hal ini ia lakukan setelah memergoki seorang wanita yang tergesa-gesa menyapih anaknya. Ketika ditanya wanita itu menjawab, “‘Umar tidak memberikan subsidi kecuali hanya bagi anak-anak yang sudah disapih.”. Jawaban wa-nita tersebut benar-benar menyadarkannya, hingga saat usai shalat ‘Umar   berkata, “Berdosalah ‘Umar! Betapa banyak anak-anak kaum Muslimin yang ia bunuh.”. Lalu ‘Umar   meminta kepada seorang sahabat untuk mengum-pulkan kaum Muslimin seraya berkata, “Janganlah terburu-buru untuk menyapih anak-anak kalian. Sebab kami telah menetapkan subsidi untuk anak yang baru lahir.”

Kepedulian ‘Umar bin al-Khaththab   juga terhadap para janda. 
Oleh karena itu, ia menetapkan subsidi bagi para janda dan ia sangat peduli agar setiap orang memperoleh haknya. Perhatian beliau kepada para janda sebagai realisasi dari sabda Rosululloh  :

(( السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَكَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ ))
“Penyantun para janda dan orang-orang miskin ba-gaikan mujahid yang berperang di jalan Alloh. Aku (perawi) menyangka beliau bersabda, “Bagaikan orang yang menegakkan shalat malam terus-menerus dan berpuasa tak terputus-putus.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Pujian Para Sahabat Terhadapnya

Abu Bakar ash Shiddiq   berkata, “Tidak ada seorang laki-laki yang lebih aku cintai di muka bumi ini selain dari ‘Umar.”
Abu Bakar   tidak melihat orang yang lebih tepat untuk memegang jabatan khalifah sepeninggal beliau selain ‘Umar  , maka beliau pun berwasiat agar penggantinya sebagai khalifah adalah ‘Umar   . Ketika orang-orang bertanya kepada Abu Bakar, “Apa yang akan engkau katakan kepada Robb-mu sementara engkau telah menunjuk ‘Umar sebagai khalifah?” Beliau menjawab, “Akan aku katakan kepada-Nya, aku tunjuk untuk memimpin mereka orang yang ter-baik di antara mereka.”.

Ibnu ‘Umar    berkata:
( كُناَّ نُخَيِّرُ بَيْنَ الناَّسِ فِيْ زَمَانِ رَسُوْلِ اللهِ   فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ ثُمَّ عُثْمَانَ )
 “Kami memilih siapa orang yang terbaik pada zaman Rosululloh   , lalu kami memilih Abu Bakar, kemudian ‘Umar dan kemudian ‘Utsman” (HR. al-Bukhari)
Ibnu ‘Umar    berkata, “Aku tidak melihat seorang laki-laki pun setelah Nabi   semenjak beliau wafat, orang yang lebih tegas dan pemurah selain dari ‘Umar.” 
Hudzaifah bin al-Yaman    berkata, “Demi Alloh, aku tidak mengetahui seorang laki-laki yang tidak takut di ja-lan Alloh kepada celaan orang-orang yang suka mencela selain ‘Umar.”
‘Abdullah bin Mas’ud   berkata:
(( إِنَّ إِسْلاَمَ عُمَرَ كَانَ فَتْحًا، وَإِنَّ هِجْرَتَهُ كَانَتْ نَصْرًا، وَإِنَّ إِمَارَتَهُ كَانَتْ رَحْمَةً ))
“Sesungguhnya masuk Islamnya ‘Umar merupakan pe-naklukan, hijrahnya adalah sebuah kemenangan, dan pe-merintahannya adalah sebuah rahmat.” 

Kabar Gembira Untuknya 

Abu Hurairah    meriwayatkan bahwa Rosululloh    bersabda:
(( بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتَنِيْ فِيْ الْجَنَّةِ فَإِذَا امْرَأَةٌ تَتَوَضَّأُ إَلَى جَانِبِ قَصْرٍ، قُلْتُ لِمَنْ هَذَا القَصْرُ؟ قَالُوا: لِعُمَرَ فَذَكَرْتُ غِيْرَتَكَ فَوَلَّيْتُ مُدْبِرًا فَبَكَى عُمَرُ وَقَالَ: أَعَلَيْكَ أَغَارُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ ))
“Ketika aku tidur, aku bermimpi di surga. Ada seorang wanita berwudhu di samping istana, aku bertanya, “Punya siapa istana ini?”. Mereka menjawab, “Kepu-nyaan ‘Umar.”. Maka aku teringat akan rasa cem-burumu. Lalu aku pun berpaling ke belakang. Maka ‘Umar pun menangis dan berkata, ‘Apakah kepada-mu aku akan cemburu wahai Rosululloh?’” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

 ‘Ali bin Abi Thalib    berkata bahwa Rosululloh    pernah bersabda:
“Abu Bakar dan ‘Umar adalah penghulu para peng-huni surga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama (al-awwalin) sampai orang-orang yang terakhir (al-akhirin), selain para nabi dan rosul. Janganlah engkau beri tahu mereka berdua –wahai ‘Ali– ketika mereka berdua masih hidup” (HR. Ibnu Mājah dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani)

‘Abdullah bin ‘Abbas    berkata, “Ketika ‘Umar telah diletakkan di atas pembaringannya (sehabis ditikam), maka orang-orang mengelilingi dan mendoakannya sebelum beliau diangkat, ketika itu aku berada di antara mereka, tiba-tiba seorang laki-laki muncul dari belakangku sambil memegang pundakku, ternyata ia adalah ‘Ali. Ia mendoakan rahmat bagi ‘Umar seraya berkata, “Tidaklah aku tinggalkan seorang laki-laki yang aku ingin menghadap kepada Alloh dengan membawa amal seperti amalnya selain engkau wahai ‘Umar. Demi Alloh, aku menduga bahwa Alloh akan mengumpul-kanmu bersama kedua sahabatmu, karena sering sekali aku mendengar Nabi berkata, ‘Aku pergi  bersama Abu Bakar dan ‘Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan ‘Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan ‘Umar.” (HR. al-Bukhari)

Wafatnya 

Keberhasilan ‘Umar bin al-Khaththab   dalam memer-dekakan negara-negara dunia yang cukup luas, membuat para musuh Islam dipenuhi perasaan iri dan dendam, ter-lebih Yahudi dan Persia.

Untuk itulah muncul berbagai upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap ‘Umar  . Hingga terlaksananya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah al-Majusi. Ia adalah budak Mu-ghirah bin Syu’bah yang menikam beliau dengan 6 tikaman dengan belati yang memiliki dua mata kail (badik) hingga melukai ‘Umar   dan beberapa sahabat ketika sedang sha-lat Shubuh. Tatkala seseorang mengetahui larinya, ia pun melempar mantel ke arahnya, maka seketika itu pula Abu Lu’luah bunuh diri. Akhirnya ‘Umar syahid pada tahun 23 H. Setelah diangkat menjadi khalifah selama 10 tahun 6 bulan, beliau wafat dalam usia 63 tahun dengan gelar syahid (martir).

Anas bin Malik   bercerita: “Bahwa Rosululloh  , Abu Bakar, ‘Umar, dan Utsman naik gunung uhud, kemudian gunung itu bergoncang. Maka Nabi   bersabda: tetaplah, wahai Uhud, sesungguhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Siddiq, dan dua orang syahid.” (HR. al-Bukhari)

Abu Lu’luah membunuh ‘Umar   karena rasa ketidak-puasannya atas keadilan yang diberikan oleh ‘Umar   ter-hadapnya menyangkut permasalahan kharraj (upeti) dan dihancurkannya kerajaan Persia. Abu Lu’luah pernah me-ngadu pada ‘Umar   tentang berat dan banyaknya upeti yang harus dikeluarkannya. Tetapi ‘Umar menjawab: “Khar-rajmu tidak terlalu banyak.”. Kemudian ia menggerutu, “Keadilan ‘Umar menyangkut semua orang kecuali aku.”
Ketika diberitakan kepada ‘Umar bahwa yang membu-nuhnya adalah Abu Lu’luah, Khalifah ‘Umar   berkata: “Segala puji bagi Alloh yang tidak menjadikan kematian-ku di tangan orang yang mengaku Muslim.” 
Kemudian ‘Umar   berwasiat kepada putranya: “Wahai ‘Abdulloh, periksalah utang-utangku!”

Menjelang wafatnya, beliau membentuk dewan pemilih-an khalifah yang terdiri dari 6 orang sahabat, yaitu ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Abdur Rahman bin ‘Auf, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin ‘Ubaidillah  .
Setelah itu ‘Umar   juga menyuruh anaknya untuk menghadap ‘Aisyah   (isteri Nabi  ) guna meminta izin untuk dikuburkan berdampingan dengan kedua sahabat-nya (Nabi   dan Abu Bakar  ).

Maka ‘Aisyah   pun memberikan izin kepadanya.
Maka selesailah tugas Khalifah ‘Umar   dalam mengen-dalikan roda kepemimpinan kaum Muslimin. 

Selamat berbahagia wahai pahlawan sejati yang gagah berani dan perkasa, surga yang Alloh   janjikan telah siap menanti dirimu yang mulia!


1 komentar:

  1. Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    bentuk ciri ciri adab islami kepada saudara Sifat sifat umar bin Khattab Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.