EPISTOMOLOGI. MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISLAM

MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISLAM

CARA MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN

Dalam filsafat ilmu, cara mendapatkan ilmu dinamakan epistomologi. Dalam epistomologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua cara; (1) melalui usaha manusia, (2) yang diberikan oleh Allah SWT.

Pengetahuan diperoleh melalui usaha manusia ada 4 jenis; (1) pengetahuan empiris yang diperoleh melalui indera, (2) penetahuan sains yang diperoleh melalui indera dan akal, (3) pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui akal dan (4) pengetahuan intuisi yang diperoleh melalui hati. Sedangkan pengetahuan yang diberikan Allah SWT berupa; (1) wahyu yang disampaikan kepada para Rasul, (2) ilham yang diterima akal manusia dan (3) hidayah yang diteriman manusia.

Melalui dua cara di atas, berkembanglah ilmu keislaman dari masa ke masa. Al-Qur’an sebagai kumpulan wahyu Allah merupakan sumber pengetahuan Islam yang dapat digali sepanjang masa, ditambah lagi dengan hadits-hadits sahih dari Rasulullah SAW, di dalamnya terdapat prinsip-prinsip dasar berbagai cabang ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. 16: 38)

Dari ayat di atas, dapat dipahami cara memperoleh pengetahuan dapat dilakukan melalui pendengaran, pengelihatan dan melalui akal. Dengan mempergunakan potensi yang diberikan Allah tersebut manusia dapat menemukan, mendapatkan dan memahami berbagai ilmu pengetahuan.

Di samping pengetahuan yang diperoleh dengan mempergunakan pengelihatan, pendengaran dan akal, ada pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui hidayah Allah SWT.

SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Sumber utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kebenaran yang langsung disampaikan Allah kepada salah seorang hamba-Nya yang dipilih-Nya.

Al-Qur’an di samping mengandung petunjuk-petunjuk dan tuntunan-tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah, juga mengandung petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani manusia untuk mengolah dan menyelidiki alam semesta atau untuk gejala-gejala dan hakikat hidup yang dihadapinya dai masa ke masa. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpunkan.” (QS. 6: 38)

Ayat di atas memberikan informasi kepada kita bahwa di dalam al-Qur’an itu terdapat prinsip-prinsip dasar tentang berbagai aspek kehidupan dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk mencari dan menggali dari prinsip-prinsip dasar dalam al-Qur’an dengan menggunakan kemampuan ijtihad dan daya analisa yang terdapat dalam diri manusia. Dengan demikian al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang terakhir di dunia ini merupakan sumber yang tidak akan kering untuk pengembangan berbagai bidang kehidupan manusia itu sendiri. Dengan kata lain, al-Qur’an merupakan ayat Allah beriringan dan berdampingan dengan Sunatullah yang menjadi dasar pergerakan dan perjalanan alam ini. Sehingga antara alam dengan al-Qur’an tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya saling mentafsirkan dan saling memberi petunjuk kepada manusia mengenai jalan yang harus ditempuh untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan kesejahteraan ukhrawi.

Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara umum adalah (1) untuk beribadah kepada Allah (2) untuk dapat membedakan yang hak dengan yang batil, yg salah dengan yang benar, dan (3) sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.