UJIAN BERAT SANG AYAH


وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ 
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
Tiga  cinta yang tak perlu kita ragukan kesetiaannya, cinta Alloh kepada hambanya, cinta Rosul n kepada umatnya dan cinta orang tua kepada anaknya. Saudaraku dimana ada cinta disana pasti akan ada pengorbanan, begitupun cinta orang tua kepada kita yang akan menjadi dasar pengorbanan yang tak ada ujungnya.
Berletih, melupakan cita, meniggalkan mimpi demi mencari secercah bahagia untuk anaknya. Karena bagi mereka bahagia adalah mendengar tawa dari anaknya tercinta. Ibu yang mengorbankan hidup untuk melahirkan ankanya kedunia, begitupun ayah yang mengabdikan diri untuk membesarkan anaknya.
Lantas bagaimana jika seorang anak yang senantiasa mereka cintai, yang senantiasa mereka rindukan kehadiranya tak kunjung hadir ke dunia, atau bahkan setelah hadir direnggut begitu saja?
Saudaraku begitulah kisah Ibrahim q sosok pria yang gagah berani yang memecah gerbang kekufuran di masanya, yang berani menantang api untuk membela imannya, yang kuat jiwa raganya. Lantas tidak adakah kegalauan yang menghinggapinya?. Tentulah ada saudaraku dan kegalauan yang beliau rasakan adalah tak kunjung datangnya seorang anak yang senantiasa Ia damba-dambakan.
Dalam satu riwayat di kisahkan bahwa nabi Ibrahim tidak diberikan keturunan hingga beliau berumur 99 tahun, istri beliau Sarah tak mampu memberikan keturunan, sungguh ini bukanlah cobaan yang sederhana, tak ada yang satu keluarga damba-dambakan selain keturunan yang akan menjadi qurrotul 'ayun bagi mereka, penenang hati yang akan menggandeng mereka kala renta menuju syurga. Hingga akhirya Sarah seorang istri yang salehah meminta agar Ibrahimquntuk menikahi hajar,dan dengan ikhtiar tersebut maka Alloh pun memberikan kebahagiaan dengan terlahirnya seorang anak yang soleh yakni Nabi Ismail    lantas apakah cobaan keluarga bahagia ini berlalu begitu saja? Tentu saja tidak, karena dalam setiap cobaan ada kemuliaan, maka dari itu cobaan demi cobaan menerpa mereka.
Setelah nabi Ismailqlahir tentulah Ibrahimqsangat gembira dan senantiasa dekat dengan hajar ibundanya, sehingga sifat yang manusiawi bahwa sarah istri pertama merasa cemburu, dan tidak ada jalan lain selain kedua istri tersebut dijauhkan, berangkatlah nabi Ibrahim dan Hajar serta Ismail      mengitari pasir tanpa arah, menjajakan kaki tanpa tujuan demi mencari tempat yang layak untuk kehidupan anak dan istrinya.
Ismail telah tumbuh menjadi anak yang soleh, seorang anak yang senantiasa patuh kepada orang tuanya, yang senantiasa taat kepada perintah Tuhan-Nya. Hari kian berganti jarak kian memakan waktu, kerinduan kepada anak dan istri tercinta tak bisa lagi ditahan sang ayahanda. Akhirnya Ibrahim    berangkat, berazam melepas peliknya kerinduan, bersama terik mentari yang menyengat, ditemani panasnya gurun pasir yang menghangat, di itari langit yang kian kelam lekat.
Beratnya perjalanan tak menjadi halangan, halangan dan rintangan tak terasa lagi karena hati dililit kerinduan. Ibrahimqtak pernah menyangka pertemuan yang didamba-dambakan akan menjadi cobaan terberat yang pernah dirasakan.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. As-Shafat : 102). 
Kejadian Pilu yang menggemparkan, perintah yang tak masuk akal, seandainya tidak ada iman, maka tak mungkin perintah kenabian ini dilaksanakan. Anak yang soleh, yang telah mulai bisa di ajak diskusi yang bertahun-tahun di dambakan kelahirannya, harus di korbankan atas perintah Tuhan.
“Ayahanda, laksankanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dengan izin Alloh kau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar” Masyaalloh, orang tua mana yang tak menangis mendengar anaknya berkata demikian?. Demi Iman, kerinduan yang telah lama tak terlampiaskan harus segera di korbankan, cinta yang begitu meruah harus ditenggelamkan.
Saudaraku.. tak ada pengorbanan cinta yang lebih besar dari pengorbanan cintanya Ibrhim qdemi perintah Tuhannya. 
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah.155) 
Tak ada jaminan bagi Nabi Ibrahim anaknya akan selamat dari kematian, hanya saja iman beliau telah melampaui setiap batasan. Beliau percaya Alloh       tak akan mendzolimi hambanya, beliau percaya hanya dengan keta'atan dan kesabaran maka kebahagiaan akan di berikan. ||  Wira al-Ghoruty.

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.