CARA Mendidik Anak Agar Menjadi Sholih dan Sholihah


Beberapa Tips Mendidik Anak Agar Menjadi Sholih dan Sholihah

1. Memilih Istri Sholihah atau Suami yang Sholih.
Seorang laki-laki harus pandai memilih istri yang nantinya akan menemani perjuangan dia di jalan Alloh  . Hendaknya selain dia sholihah juga seorang istri yang memahami perjuangan di jalan Alloh   bagi suaminya. Bukan seperti istri Nabi Nuh   dan Luth   yang menghalangi perjuangan dakwah suaminya. Padahal mereka berada dalam lingkungan kesholihan suaminya. Oleh karena itu, pilihlah istri yang baik agamanya karena dia akan menemani perjuangan di jalan Alloh   serta mendidik anak-anaknya sesuai yang diperintahkan Alloh   dan Rosul-Nya  .
Rosululloh   bersabda:

“Pilihlah wanita yang baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Selain disuruh mencari wanita yang baik agamanya, yang harus dipertimbangkan juga adalah keluarga sang istri. Apakah ia dari keluarga baik ataukah tidak. Bukankah masyarakat dilingkungan Maryam   berkata sebagaimana yang diterangkan Alloh   dalam al-Qur’an:

“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu bukanlah seorang penzina.” (QS. Maryam [19]: 28)

Namun terkadang anak tidak mirip dengan kedua orang tuanya secara dominan, tetapi mungkin mirip dengan salah satu paman, bibi atau kakeknya, sebagaimana sabda Rosululloh  , “Barangkali anakmu mirip dengan pamannya.”
Istri yang sholihah akan mengajarkan kepada anak-anaknya al-Qur’an, sunnah nabi  , akhlak yang mulia serta perkara-perkara yang halal dan haram. Istri sholihah juga mampu bercerita tentang kisah para nabi dan sahabat karena mereka adalah orang teladan dan panutan.

Bukan berarti tidak diperbolehkan memilih calon istri yang cantik jelita. Tapi yang penting adalah kecantikan yang diimbangi dengan agama yang kuat sehingga akan menghasilkan anak yang cantik dan tampan serta baik agamanya seperti kedua orang tuanya. Insya Alloh.

Bukankah kita tahu bahwa Fathimah binti Rosululloh   pernah datang mengunjungi ‘Aisyah  , dengan gaya jalan dan wajah yang mirip Rosululloh  ?!
Yusuf  , seorang nabi yang dianugerahkan ketampanan yang luar biasa sehingga dikatakan bahwa beliau ini diberi ketampanan separuh ketampanan manusia di alam ini. Ternyata Nabi Yusuf   adalah cucu  dari seorang wanita tercantik pada zamannya, yaitu Saroh.

Seorang lelaki datang menemui Rosululloh   dan bertanya, “Ya Rosululloh, istriku melahirkan seorang anak yang berkulit hitam.” Dia seolah tidak mau mengakuinya karena tidak mirip ayah dan ibunya. Rosululloh   kemudian menjelaskan bahwa umumnya anak mirip dengan ayah atau  ibunya, tetapi kadang mirip dengan bibi atau paman atau kakeknya.

Begitu juga seorang wanita hendaknya tidak mencari suami kecuali orang yang sholih dan memahami perjuangan. Begitu juga suami yang menjaga hak-hak Alloh   dan Rosul-Nya. Karena bagaimana mungkin dia akan menjaga hak–hak istrinya jika hak-hak Alloh dan rosul-Nya tidak ia jaga? Maka kesengsaraan bagi wanita jika ia menerima suami hanya karena ketampanan atau hartanya tanpa memandang agamanya.

2. Berdoa agar Mendapatkan Keturunan yang Sholih/Sholihah.
Bila anda telah mengetahui dan yakin bahwa yang memberi hidayah adalah hanya Alloh  , yang memberi rezeki manusia adalah hanya Alloh  , yang menjaga manusia adalah hanya Alloh  , maka hendaknya anda menghadapkan diri kepada Alloh  , berdoa memohon kepada-Nya untuk memperbaiki dan memberkahi anak keturunan anda serta menjaga mereka dari marabahaya dan kejelekan, melindungi dari setan baik dari kalangan jin maupun manusia. Demikianlah orang-orang sholih selalu berdoa kepada Alloh  .

Orang-orang yang disifati sebagai ‘ibadurrohman (hamba Alloh ar-Rohman) berdoa:
﴿ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴾
“Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqon [25]: 74)

Nabi Zakaria   pernah berdoa:
﴿ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ ﴾
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 38)

Nabi Ibrahim   dan putranya, Ismail  , berdoa:              
﴿ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴾
“Ya Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqoroh [2]: 128)

Beliau   juga berdoa:
﴿ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ﴾
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang sholih.” (QS. ash-Shoffat [37]: 100)

Dan Alloh   berfirman:
﴿ رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ ﴾
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrohim [14]: 40)

Maka perbanyaklah, wahai hamba Alloh  ; meminta keturunan yang sholih dan anak cucu yang baik.

3. Melatih Ketaatan pada Anak Sejak Kecil.
Sebaiknya melatih ketaatan, membiasakan ketaatan pada anak dan menjaga kemungkaran dari mereka sejak usia dini. 

Rosululloh   pun menuntunkan agar melatih (membiasakan) anak untuk taat sejak kecil sebagaimana sabda beliau  : 

“Perintahlah anak berumur 7 tahun untuk sholat, pada usia 10 tahun pukullah (bila belum sholat) dan pisahkanlah tempat tidurnya!”

Telah disebutkan pada bahasan di depan bahwa nabi    melihat Hasan memakan kurma dari sedekah, beliau   berkata, “kkhekh.. kkhekh.. keluarkan kurma itu, bukankah kamu tahu bahwa keluarga Muhammad tidak makan harta sedekah!”
Para sahabat   juga melatih untuk anak-anak berpuasa, dengan membuatkan mainan dari bulu untuk menyibukkan mereka di saat lapar hingga datang waktu maghrib.

Para sahabat   mengangkat anak kecil sebagai imam bila hafalannya paling banyak.

Rosululloh   menyatakan kepada ‘Umar bin Abi Salamah  , “Hai anak muda bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kanan dan makan yang terdekat.”
Ibnu ‘Abbas   mengikat Ikrimah dengan rantai di kakinya agar menghafal al-Qur’an dan as-Sunnah. Para sahabat juga membawa anak-anak pergi haji atas restu Rosululloh  . Anak-anak yang terbiasa dilatih ketaatan akan terbiasa taat setelah dewasanya.

4. Mendorong Anak Memilih Teman yang Baik.
Orang tua wajib menganjurkan anak-anak memilih teman dekat dan bergaul yang akhlaknya baik serta menerangkan manfaat di dunia dan akhirat yang bisa anak dapatkan bila berteman dengan mereka. Sebaliknya, orang tua harus menerangkan akibat buruk jika berteman dengan anak-anak yang akhlaknya jelek.

Orang tua harus menjelaskan sabda Nabi  , “Sesunggguhnya permisalan teman duduk yang sholih dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual parfum dengan pandai besi. Keuntungan berteman dengan penjual parfum, bisa jadi dia akan menghadiahkannya kepadamu, atau kamu bisa membelinya, atau setidaknya kamu akan merasakan/mencium bau harum darinya, sedangkan yang kamu dapatkan dari seorang pandai besi, bisa jadi akan membakar bajumu atau kamu mencium bau tidak sedap.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Ajarkan pula kepada mereka firman Alloh  :

﴿ الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴾
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa” (QS. az-Zukhruf [43]: 67)

 Katakanlah kepada mereka: Wahai anak, bila engkau memilih teman jelek, di hari kiamat nanti, teman dekatmu akan menjadi musuhmu.

Orang tua pun wajib mengawasi keadaan anak dan menanyakan siapa teman-temannya. Sebab teman jelek mendorong kemungkaran dan kerusakan serta dosa. Sedangkan anak pada umumya akan mengikuti temannya tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Teman-teman buruknya akan menyeretnya mengikuti nafsu dan syahwatnya.

Anjurkanlah anak-anak menghormati teman-temannya. Katakanlah pada mereka, ‘Wahai anakku, janganlah kamu berteman dengan anak yang suka memutuskan hubungan silaturrohim karena nabi   bersabda:

“Sesungguhnya surga tidak akan dimasuki oleh orang yang memutus hubungan silaturrohim.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Katakanlah pada anak anda: “Janganlah kamu bergaul dengan anak yang durhaka pada kedua orang tua karena durhaka pada orang tua termasuk dosa besar, sebagaimana sabda nabi  :

“Dosa besar itu adalah syirik kepada Alloh, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan sumpah palsu.” (HR. al-Bukhori)

Katakanlah pada anak anda, janganlah kamu bergaul dengan anak yang suka merokok dan madat (ganja dan sejenisnya). Terangkanlah bahaya rokok dan ganja dan hukuman mereka di dunia dan akhirat. Katakanlah pada anak, “Wahai anakku, janganlah kamu bergaul dengan anak-anak yang suka berdusta dan menggunjing orang lain.”

Katakanlah pada anak, “Janganlah kamu bermain dadu, taruhan, dan berbuat kerusakan serta perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat lainnya.”

5. Jadilah Teman dan Panutan yang Baik.
Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya mengucapkan kalimat la ilaha illalloh, subhanalloh, dan allohu akbar.

Demikian juga, seorang anak yang diutus orang tuanya di malam hari untuk memberi sedekah kepada orang-orang miskin di rumah-rumah mereka tanpa sepengetahuan orang lain akan berbeda dengan seorang anak yang disuruh orang tuanya membeli rokok dan barang-barang yang memabukkan.

Seorang anak yang melihat ayahnya berpuasa Senin-Kamis dan melaksanakan sholat Jum’at dan jama’ah tidak sama dengan anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di kafe, diskotik dan bioskop.

Kita bisa membedakan antara seorang anak yang sering mendengar adzan dengan anak yang sering mendengar ayahnya bernyanyi. Anak-anak itu pasti akan meniru apa yang sering mereka dengar.

Bila seorang ayah selalu berbuat baik kepada orang tuanya, mendoakan dan memohonkan ampun untuk mereka, selalu berusaha tahu kabar mereka, menenangkan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, memperbanyak berdoa, “robbighfir li wa li wa li dayya” dan “robbirhamhuma kama robbayani shoghiro”, berziarah ke kuburan mereka jika telah meninggal, dan bersedekah untuk mereka, serta tetap menyambung hubungan dengan teman-teman mereka dan memberi hadiah kepada orang-orang yang biasa diberi hadiah oleh mereka dahulu, maka anak yang melihat akhlak ayahnya seperti ini dengan izin Alloh   akan mencontohnya dan juga akan memohonkan ampunan untuk orang tuanya.
Seorang anak yang diajari sholat tidak sama dengan anak yang dibiasakan nonton film, musik dan sepak bola!

Seorang anak yang melihat ayahnya sholat di malam hari, menangis karena takut kepada Alloh  , membaca al-Qur’an, pasti akan berpikir, “Mengapa ayah menangis? Mengapa ayah sholat? Untuk apakah ayah meninggalkan tidur di atas ranjangnya yang enak lalu berwudhu dengan air dingin di tengah malam seperti ini? Untuk apakah ayahnya sedikit tidur dan berdoa dengan penuh pengharapan dan diliputi kecemasan?”

Semua pertanyaan ini akan berputar di benaknya dan akan selalu hadir dalam pikirannya. Selanjutnya dia akan mencontoh apa yang dilakukan ayahnya.

Demikian juga seorang anak perempuan yang melihat ibunya berhijab dari laki-laki yang bukan mahromnya, menutup aurat di hadapan mereka, berhias dengan akhlak malu, ketenangan dan menjaga kesucian diri. Dia akan mempelajari dari ibunya akhlak tersebut.

Beda dengan seorang anak perempuan yang selalu melihat ibunya bersolek di depan lelaki bukan mahrom, bersalaman, ikhtilat, dan duduk-duduk bersama mereka, tertawa dan tersenyum, maka dia akan mempelajari semua itu dari ibunya.

Karena itu, takutlah kepada Alloh  , wahai para ayah dan ibu dalam membina anak-anak kalian. Jadilah anda berdua teladan yang baik, berhiaslah dengan akhlak yang baik, tabiat yang mulia, dan sebelum itu semua, berpegang teguhlah dengan agama ini dan cintailah Alloh   dan Rosul-Nya.

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa baik buruknya anak tergantung pada sosok yang menjadi panutannya, yakni orang tua dan pendidiknya. Bila mereka adalah sosok yang dipercaya, jujur, mulia, pemberani, mampu menjaga kesucian diri, dan sejenisnya, anak pun akan tumbuh menjadi anak yang bisa dipercaya, jujur, mulia, pemberani, mampu menjaga kesucian diri, dan sejenisnya. Akan tetapi, bila mereka -atau panutan anak lainnya- adalah sosok pembohong, pengkhianat, provokator, pelit, pengecut dan tidak mampu mengendalikan dirinya, anak pun akan tumbuh menjadi sosok pembohong, pengkhianat, provokator, pelit, pengecut dan tidak mampu mengendalikan dirinya. Kita berlindung kepada Alloh   dari itu semua.

6. Melatih Anak Belajar dari Realita.
Salah satu sarana pendidikan yang penting adalah dengan belajar dari realitas yang terjadi atau optimalisasi suatu peristiwa tertentu untuk memberikan arahan tertentu, yang mana hal ini berbeda dengan arahan yang diberikan kepada anak pada hari-hari biasanya. Arahan khusus  ini biasanya diberikan setelah peristiwa terjadi, bukan suatu rutinitas, dan memiliki tempat dalam hati sehingga arahan tersebut bisa dan mudah diterima.

Orang tua yang cerdas akan selalu menggunakan moment dan peristiwa tersebut sebagai sarana mendidik anak. Ia akan mengoptimalkan peristiwa tersebut untuk mentarbiyah jiwa anak, mengarahkannya kepada pemahaman yang benar sesuai dengan syariat. Sebagai contoh ketika anak melihat tetangganya ada yang meninggal. Pada saat itu moment yang tepat mendidik anak bahwa suatu hari nanti pasti kita juga akan mati seperti mereka. Kemudian menjelaskan pula tentang hak-hak mayat seperti dimandikan, disholatkan dan dikuburkan. Begitu juga menanamkan jiwa beramal untuk menghadapi kehidupan baru setelah kematian.

Terkadang pula anak menganggap suatu kesalahan yang dia lakukan merupakan hal yang biasa atau meremehkannya, seperti kencing sembarangan dan tidak dibersihkan, keluar masuk kamar orang tuanya tanpa minta izin, berkata dengan nada tinggi saat ngobrol pada orang tua, keluar rumah dengan pakaian yang seronok dan lain-lain. Di sisi lain orang tua menganggap kesalahan tersebut sangatlah berat sehingga perlu memberikan nasihat dan arahan yang bisa membuat anak menyadari kesalahannya. Dalam kondisi itulah, pendidik bisa secara jelas menerangkan kesalahan yang telah dilakukannya dan implikasinya bagi orang lain serta menjelaskan kepada anak agar ia tidak menganggap remeh kesalahan yang ia lakukan.

Rosululloh   pernah satu hari mengajari para sahabat dengan mengoptimalkan realitas dan peristiwa yang sedang terjadi.

Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdulloh   bahwa Rosululloh   masuk ke dalam pasar dan orang-orang mengelilinginya. Beliau   lalu melewati anak kambing mati yang telinganya kecil (yakni tidak sesuai dengan badannya). Beliau   mengambil telinga kambing itu dan berkata, “Apakah diantara kalian ada yang ingin membelinya dengan seharga satu dirham?” Orang-orang di sekitarnya pun lalu berkata, “Kami tidak menginginkannya.” Rosululloh   kembali berkata, Apakah kalian menginginkannya bila gratis?” mereka menjawab, “Seandainya anak kambing itu hidup pun, anak kambing itu dianggap cacat karena memiliki telinga yang kecil. Apalagi kalau sudah mati, tentunya kami tidak menginginkannya!” Rosululloh   bersabda,

 ))فو الله للدنيا أهون على الله من هذا عليكم(( 
“Demi Alloh, dunia ini lebih hina dalam pandangan Alloh dari bangkai kambing ini.” (HR. Muslim) 

Dengan belajar dari realita maka hal tersebut bisa lebih mengena pada jiwa yang di didik. Adapun pelajaran yang bisa diambil dari pembelajaran sebuah realitas adalah sebagai berikut;

a) Membuka dialog antara pendidik dan anak didik sehingga membuka wawasan berpikir anak serta mengembangkan pengetahuan yang dia miliki.
b) Menjauhkan rasa bosan dalam belajar karena ia akan belajar banyak hal dalam waktu yang bersamaan dan efektif.
c) Tercapainya tiga tujuan pembelajaran, yakni pencapaian ilmu pengetahuan, mudahnya berkonsentrasi dan adanya olah fisik.
d) Mudah diingat dan berpengaruh kuat karena dalam satu waktu mendapatkan pelajaran secara langsung melalui penglihatan dan pendengaran.
e) Adanya sinkronisasi antara ilmu dan amal.
7. Mengisi Waktu Luang dengan Hal-Hal yang Bermanfaat.

Islam mengajarkan pada umatnya untuk senantiasa menggunakan kesempatan waktu luang untuk ketaatan. Karena kebanyakan manusia lalai  untuk mengingat Alloh   ketika memiliki waktu luang dan kesehatan.

Rosululloh   bersabda:

“Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai darinya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhori) 

Waktu adalah modal utama dalam mendidik anak bagi orang tua. Apalagi waktu balita dan anak-anak. Ia adalah usia emas untuk mengukir sejarah dalam menjembatani suksesnya pendidikan anak di masa depan. Memang mendidik di waktu kecil ibarat mengukir diatas batu, begitu sulit dan butuh perjuangan. Namun, hasilnya akan maksimal. Berbeda dengan mendidik di waktu dewasa, lebih mudah tapi mudah pula hilang bekasnya.

Banyak sekali waktu luang terbuang pada anak-anak. Terutama ketika mereka sedang menikmati liburan sekolah. Tidak sepantasnya bagi orang tua membiarkan para anaknya menghabiskan waktu liburnya dengan menonton TV dari pagi hingga sore hari. Atau mengajaknya jalan-jalan di mall-mall yang penuh ikhtilath dan suara musik yang tiada henti. Namun, orang tua harus menyusun agenda dan kegiatan di setiap waktu luang pada anak-anaknya setiap hari. Adapun contoh kegiatan-kegiatan dalam rangka memanfaatkan waktu luang anak adalah sebagai berikut:

a. Menggunakannya untuk berdzikir pagi dan petang hari. Jika anak belum menghafalnya, maka orang tua hendaknya membelikannya buku saku yang berisi dzikir pagi sore dan doa sehari-hari.

b. Menghafal al-Qur’an. Hendaknya anak dibiasakan menghafal al-Qur’an sejak dini. Dimulai dari surat an-Naas kemudian naik ke surat setelahnya. Inilah salah satu metode mudah dalam menghafal al-Qur’an. Dan orang tua harus bersedia meluangkan waktu menyimak dan membetulkan bacaannya.

c. Silaturrahmi kepada sanak keluarga. Acara inilah yang menyebabkan jiwa kekeluargaan anak tumbuh. Dari situ pula anak belajar silsilah nasab keluarganya. Sehingga suatu saat nanti dia tahu mana mahrom dan mana yang bukan mahrom bagi dia. Karena banyak sekali orang tua yang tak mengajari hal ini pada anaknya. Akhirnya anak bergaul hingga dewasa dan berjabat tangan seenaknya. Begitu juga tinggal bersama serumah seolah–olah adalah mahromnya. Padahal tidak sesuai dengan yang dia kira.

d. Membaca buku-buku tentang agama. Waktu luang adalah waktu emas bagi anak untuk mendapatkan tazkiyah dari orang tuanya. Salah satu caranya adalah hendaklah orang tua menyediakan buku khusus tentang agama agar dibaca dan diselesaikan di waktu luangnya. Selain mendidik, hal ini juga dapat menumbuhkan minat baca dan memberikan tazkiyah bagi jiwanya. Semua itu karena pendidikan agama anak di sekolahan umum seolah-olah mandul menciptakan anak menjadi sholih dan sholihah. Bagaimana tidak, pelajaran agama di sekolah tersebut cuma satu atau dua jam dalam sepekan dan itu pun sering kosong. Jika anak kurang berminat dengan buku pilihan kita, tak ada salahnya membawa anak ke toko buku dan memilih sendiri bacaan tentang agama yang disukainya.

e. Membersihkan rumah bersama istri dan anak-anak  tercinta. Jika anda punya kebun, ajaklah makan bersama di kebun tersebut. Hal ini sebagai ganti rekreasi keluar rumah yang terkadang membengkakkan banyak biaya rumah tangga. Karena intinya adalah kebersamaan keluarga setelah sekian lama masing-masing sibuk dengan segala aktivitasnya.

8. Menanamkam Cinta pada Ilmu dan Ulama.
Ketika Alloh   menginginkan kebaikan pada diri seseorang, maka Alloh   akan membukakan kepada orang tersebut jalan kefaqihan dalam agama. Hal ini sebagaimana yang disabdakan nabi  :
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Alloh maka difaqihkan (dipahamkan) tentang agama.”

Dan tak ada jalan lain dari kefaqihan tersebut kecuali dengan ilmu dan para ulama. Inilah salah satu tips sukses mendidik anak sholih yaitu dengan menanamkan pada mereka cinta pada ilmu dan para ulama. Ilmu di sini adalah ilmu tentang agama yang hukumnya adalah fardhu ‘ain atau wajib bagi setiap Muslim. Tidak jadi masalah misalnya orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah atau universitas umum. Namun, harus ditanamkan sejak dini cinta pada ilmu agama dan para pembawanya. Termasuk di dalamnya adalah da’i-da’i sunnah yang menyebarkan warisan para nabi tersebut. Anak harus dibiasakan menghadiri ta’lim atau kajian di setiap kali waktu luangnya.

Alloh   berfirman dalam hadits Qudsi,
(( وَجَبَتْ محبتي للمتحابين فيّ والمتجالسين فيّ والمتباذلين فيَّ والمتزاورين فيَّ ))
“Kecintaan-Ku wajib bagi mereka yang saling mencintai karena-Ku dan yang membuat majelis karena-Ku, dan yang saling berkorban karena-Ku, dan yang saling mengunjungi karena-Ku.” (HR. Ahmad, ath-Thobroni dan al-Hakim)

Inilah motivasi Rosululloh   bagi pendidik agar mengajarkan pada anaknya gemar bermajelis di masjid terutama majelis ilmu. Karena hal tersebut bisa mendatangkan kecintaan Alloh   sekaligus cinta pada ilmu.

Tidak ada salahnya mengajak anak hadir dalam kajian demi mengenalkan dia pada ilmu dan ahlinya. Namun harus diperhatikan hendaknya tetap menjaga ketenangan dan kekonsentrasian. Jangan sampai jadwal mencari ilmu sia-sia gara-gara sibuk mengurus anak di tempat kajian.

Ilmu pertama yang harus ditanamkan adalah ilmu tentang Alloh   dan Rosul-Nya. Kemudian mengakrabkan dengan al-Qur’an yang merupakan induk dari segala ilmu dalam syari’ah. Ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar anak akrab dengan al-Qur’an:
a. Kenalkan al-Qur’an kepada anak dengan cara membuka dan membaca di dekat dia.
b. Mengajari anak huruf-huruf hijaiyah serta menuntunnya ketika melafadzkannya.
c. Ajarkan al-Qur’an dengan cara yang disukai anak. Misalnya melalui VCD atau mendengarkan rekaman murottal anak-anak. Alhamdulillah, saat ini telah tersedia banyak cara untuk menjadikan anak kita pandai membaca al-Qur’an. Permasalahannya tinggal kita saja; apakah mau memanfaatkannya atau tidak?
d. Ceritakan kisah-kisah dalam al-Qur’an kepada anak menjelang tidur atau waktu luang lainnya. Hal ini membentuk karakteristik perjuangan anak tersebut ketika dewasa.
e. Ajarkan doa-doa yang terdapat dalam al-Qur’an dengan cara menuntunnya secara berulang-ulang.

9. Mengenalkan Komunitas Islami.
Mengenalkan anak pada komunitas Islami sangat penting sekali untuk mendidik kesholihan  anak. Anak akan terbiasa dari kecil hidup dalam atmosfer Islami. Jika suatu hari nanti ia berada di komunitas  yang tidak Islami, hati nuraninya akan memanggil dia untuk kembali pada atmosfer yang bersih tersebut. Karena itu ibarat tanah kelahiran dia dan di situlah ia tumbuh dan dibesarkan.

Salah satu cara mengenalkan anak pada komunitas Islami adalah dengan mengajak anak hadir kajian keislaman. Secara tidak langsung anak akan belajar dari orang tuanya duduk mendengarkan ceramah agama. Begitu juga dia akan belajar tidak ikhtilath dari ibunya yang duduk terpisah dari tempat laki-laki. Ia juga akan terbiasa melihat orang bercelana ngatung, para wanita memakai jilbab lebar atau cadar di mana hal–hal tersebut tidak dijumpai di rumah atau di masyarakatnya yang senantiasa menampilkan pakaian ketat dan serba terbuka.
Pengenalan anak pada komunitas Islami tersebut akan membawa dampak yang sangat positif. Kepribadian Islami anak akan terpupuk jika anak terbiasa bergabung dengan komunitas Islami.

Cara lain mengenalkan anak pada komunitas Islami adalah dengan cara mengajak berkunjung atau silaturrohmi ke keluarga teman yang telah terbina di mana keluarga tersebut memakai pakain takwa sebagaimana keluarga anda sehingga anakpun akan semakin terbiasa dan nyaman ketika memakai busana Islami. Selain hal-hal tersebut, bisa juga mengenalkan komunitas Islami pada anak dengan memasukkan anak tersebut ke Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), atau pondok pesantren maupun sekolah–sekolah Islam lainnya. Jika anda menginginkan anak anda menjadi anak yang sholih, maka sering-seringlah mengenalkan anak anda kepada komunitas Islami di tempat-tempat terdekat anda tinggal.

10. Memilih Waktu Terbaik dalam Mengarahkan Anak. 

Orang tua hendaklah memilih waktu yang tepat untuk mengarahkan anak. Hal tersebut berpengaruh pada respon yang ditunjukkan anak. Memilih waktu yang tepat memudahkan orang tua dalam menanamkan pendidikan pada anak-anaknya. Pada waktu yang tepat di mana kondisi anak tenang dan ceria maka hal tersebut membuat anak siap untuk diarahkan. Begitu jiwa anak tidak merasa keberatan saat menerima pengarahan, tujuan yang ingin dicapai orang tua pun akhirnya terealisasi dengan baik.

Kalau kita cermati dengan baik dalam kehidupan Rosululloh   kita akan mendapatkan bahwa beliau   senantiasa memperhatikan waktu dalam memberikan pengarahan, diantaranya:

a. Ketika dalam perjalanan bersama.
Hal ini bisa kita lihat dalam hadits Ibnu ‘Abbas   ketika berjalan bersama beliau   kemudian diberikan mutiara nasihat yang sangat berharga. Begitu juga kepada Muadz bin Jabal   dan sahabat lainnya. Bahkan Rosululloh   terkadang berbagi rahasia dengan beberapa anak untuk menjaganya di saat perjalanan. Hal tersebut dilakukan nabi   karena beliau   paham kondisi yang demikian adalah kondisi ketika anak siap dan mampu menjaganya dengan baik.

Dari ‘Abdulloh bin Ja’far  , ia berkata: “Pada suatu kesempatan, Rosululloh   menaikkan aku di belakang beliau   (dalam boncengannya) kemudian beliau   membagi rahasia yang tidak pernah diungkapkannya kepada siapapun. Sesungguhnya, Rosululloh   suka bila aku menyimpannya demi suatu tujuan tertentu.” (HR. Muslim)

Sebaiknya orang tua senantiasa menggunakan waktu perjalanan rekreasi keluarga atau perjalanan silaturrohim ke sanak saudara dengan menasihati dan mendidik anak-anaknya tercinta. Insya Alloh waktu dan kondisi tersebut lebih diterima. Karena mungkin di situlah hikmah dan barokahnya nasihat serta doa terutama di waktu safar atau perjalanan. Wallohu A’lam. 

b. Ketika makan.
Dalam keadaan makan, anak berada di bawah kendali syahwat atas makanan. Maka tak heran kalau anak terkadang melakukan hal-hal yang kurang baik. Namun anak pun mampu bertingkah laku baik dalam kesempatan yang lain bila orang tua senantiasa duduk bersama anak dan meluruskan serta memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.

Rosululloh   terkadang makan bersama anak-anak. Pada saat makan, Rosululloh   membenahi kesalahan anak pada waktu makan seperti yang dilakukan pada ‘Umar bin Abi Salamah agar memulai makan dengan membaca basmalah dan dengan tangan kanan. Dan hasilnya benar-benar maksimal bahwa hal tersebut benar-benar tertanam menjadi kebiasaan pada anak tersebut hingga dewasa.

c. Ketika anak sedang sakit.
Masa sakit adalah saat yang tepat untuk memberikan pengarahan pada seseorang. Karena masa sakit yang dialami seseorang mampu melembutkan hatinya yang tadinya sekeras batu. Demikian pula dengan hati anak kecil yang masih belum banyak terkotori dosa  dan mudah untuk dibentuk.

Pada saat anak sedang sakit, paling tidak kita dapat melihat dua kenikmatan besar di balik rasa sakit yang dialami anak tersebut. Di mana hal tersebut bisa dioptimalkan oleh pendidik dalam rangka memperbaiki kesalahan dan perilakunya. Bahkan, perilaku paling buruk sekalipun. Dua kenikmatan tersebut yaitu:

1. Kenikmatan sucinya fithroh anak-anak.
2. Kelembutan hati dan jiwa manusia di waktu sakit di mana hancur leburlah jiwa angkuh dan sombong pada orang yang sedang sakit.

Oleh karena itu, Rosululloh   telah menunjukkan hakikat semua ini dengan mengunjungi anak seorang Yahudi yang sedang sakit. Pada saat itulah Rosululloh   menyerunya untuk memeluk Islam. Dan akhirnya anak tersebut memeluk Islam. Kedatangan nabi   dalam rangka menjenguk anak tersebut mampu membuka pintu hidayah bagi anak tersebut dengan izin Alloh  .

Oleh karena itu, sebagai orang tua harus memperhatikan waktu-waktu berharga tersebut. Karena menasihati anak dalam kondisi anak tidak siap menerima nasihat  hanya membuat anak tersebut justru muak dan membantah dengan nasihat yang diberikan orang tuanya. Mudahan-mudahan Alloh   senantiasa menolong kita dalam mendidik anak-anak kita. Amin. HALAMAN SELANJUTNYA : TIPS MENDIDIK ANAK BALITA SESUAI AJARAN RASULULLAH SAW

2 komentar:

  1. Ngomongin tentang kebutuhan anak emang ga ada abisnya hahahhaa..
    kita sebagai orang tua emang harus pinter2 ngatur duit, apalagi kalo udah sampe mikirin biaya pendidikan, pusiiiiiiing
    Sharing aja, gw juga buat perencanaan biaya pendidikan, kali aja bisa jadi acuan teman2 semua!
    cara mempersiapkan biaya pendidikan anak

    BalasHapus
  2. terimakasih gan untuk artikelnya, sangat bermanfaat

    BalasHapus

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.