Dampak Kejujuran di Masyarakat


Sifat jujur akan banyak memberikan kontribusi positif dalam kehidupan sosial masyarakat, di antara pengaruh itu ada yang bersifat individu dan ada pula yang memiliki cakupan lebih luas yaitu yang bersifat komunal. Di antara kontribusi positif dari sifat jujur adalah:

1. Sifat jujur akan membentuk perangai dan tingkah laku seseorang serta akan menjadi motivator tersendiri bagi seorang Muslim untuk melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan ridha Alloh  . 

Karena ia menyadari sepenuhnya bahwa apa yang ada dalam jiwa dan amal yang nampak sebagai aplikasi niatnya, semuanya diketahui oleh Alloh  . 
Tentu saja ketika perangai akhlak mulia ini dimiliki oleh seorang Muslim, ia akan menorehkan goresan keindahan pada orang-orang yang berada di sekitarnya, dengan meninggalkan kesan yang dalam terhadap kebenaran pemikiran dan perilakunya.

Rosululloh   selalu berbicara jujur dengan orang-orang yang ditemuinya, beliau dikenal sebagai orang yang tidak pernah berdusta dalam berbicara, bahkan beliau telah mengabarkan bahwa kejujuran seseorang akan mendatangkan ketenangan hati sedangkan kebohongan akan mendatangkan kegalauan jiwa.
Rosululloh   bersabda: 

(( دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ ))
“Tinggalkanlah hal-hal yang meragukanmu kepada hal-hal yang tidak kamu ragukan; karena sesungguhnya kejujuran merupakan ketenangan dan sesungguhnya kedustaan adalah keraguan.” (HR. at-Tirmidzi dishahihkan al-Albani)

Oleh karena itu, seorang Muslim yang mencintai Rosululloh   dituntut agar dapat mencontoh perilaku beliau   yang selalu jujur, baik dalam pembicaraan, dalam berbuat dan niat yang ikhlash dalam hatinya.

2. Sikap jujur memberikan pengaruh yang baik dalam melunakkan hati seseorang, menjadi stimulan untuk saling tolong menolong dan berkasih sayang dengan orang lain. 

Sebaliknya, kebohongan seseorang akan menanamkan kedengkian, menghapus kepercayaan dan menumbuhkan keraguan sebagai akibat dari tindakan berpura-pura dan tidak tetapnya seseorang atas pendiriannya yang telah menjadi karakter para pendusta. 

Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa ketika seseorang ingin melatih dirinya untuk bersikap jujur, ia dituntut untuk meninggalkan seluruh aktifitas lisan yang dapat membahayakan dirinya, seperti berdusta, menggunjing, meremehkan orang lain baik dengan isyarat maupun ucapan, menyebar isu bohong, bersumpah palsu, banyak berbicara yang tidak ada manfaatnya dan hal-hal lain yang dapat menggelincirkan dirinya kepada sebuah kesalahan. 
Rosululloh   bersabda: 

(( مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ ))
“Merupakan tindakan baik dari seseorang yang telah memeluk Islam adalah meninggalkan hal-hal yang tidak memberikan manfaat baginya.” (HR. at-Tirmidzi dan lainnya serta dishahihkan al-Albani)

Jika hal yang tidak dapat memberikan manfaat bagi seorang Muslim diperintahkan untuk ditinggalkan, maka hal-hal yang diharamkan dan dapat mendatangkan mudharat bagi dirinya lebih utama lagi untuk ditinggalkan. 
Dengan begitu hubungan antara dirinya dengan masyarakat akan terjalin dengan baik.

Ketika hati telah terpaut, bersih dari noda dan menyatu dalam mahabbatulloh (kecintaan karena Alloh  ), maka ketika itu proses nasehat-menasehati mampu berjalan dalam masyarakat sebagaimana aliran air yang dapat menyirami ribuan petak tanaman, yang selanjutnya akan menyuburkan kehidupan, meningkatkan perkembangan dan menciptakan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Akan tumbuh pula dalam bangunan masyarakat itu pohon iman yang tali temalinya terikat kuat dan menghunjam ke dalam bumi, sedang bendera kejayaan dan buah dari keimanan itu akan membumbung tinggi dan berkibar di angkasa.

3. Kejujuran akan menanamkan kepercayaan dalam jiwa, ketentraman, kelapangan dan kasih sayang serta kelemahlembutan.

Dalam kehidupan bermasyarakat yang memiliki latar dan watak berbeda, sifat jujur merupakan salah satu kunci dalam membuka hati nurani mereka untuk bisa menerima dakwah. Jujur dalam berbicara, jujur dalam bertindak dan jujur dalam mengakui sebuah kekeliruan.

Ketika masyarakat melihat para da’i kaum Muslimin memiliki sifat yang terpuji ini, mereka tentu akan mendambakan tutur kata dan nasehatnya serta akan merasa bahagia melihat tingkah laku kaum Muslimin yang akan terwarnai oleh perilakunya. 

Masyarakat akan mendambakan para da’i yang jujur dan benar (niatnya). Mereka mempercayainya, dan merasa aman hidup di lingkungannya. Dengan begitu akan terjalin sebuah ikatan ukhuwwah Islamiyyah yang kuat dalam sebuah masyarakat yang Islami. Ikatan kuat yang terjalin antara sesama Muslim merupakan faktor utama bagi kesuksesan sebuah dakwah; dan hal ini tidak akan terlepas dari terwujudnya kejujuran dalam masyarakat tersebut. 

Berbeda dengan kedustaan yang menanamkan benih-benih keraguan, tidak adanya kepercayaan satu sama lain, dan sifat was-was dalam jiwa. Maka, akhlak pendusta bukanlah sesuatu yang disukai oleh orang dan juga tidak dianggap baik oleh mereka, bahkan ia merupakan perilaku yang dapat mengantarkan pelakunya untuk melakukan kezhaliman lain yang berujung pada neraka Alloh   yang amat pedih siksanya.

Ketika orang telah percaya kepada seseorang karena kejujurannya, maka mereka akan membuka hati untuknya, mau mendengarkan pembicaraannya, menerima wejangan, nasehat, petunjuk dan penjelasan yang diberikan olehnya. Mereka akan berbondong-bondong menemuinya untuk menanyakan masalah yang mereka hadapi dan meminta fatwa kepadanya. 

Tercapainya hubungan antara da’i dan mereka (mad’ū) adalah nikmat yang tidak bisa diukur dengan harga sebesar apapun, dan tidak bisa diraih kecuali dengan rahmat Alloh  , kemudian dengan kejujuran, bersihnya hati, dan kebaikan amal (perbuatan) serta akhlak.

Di samping itu, kejujuran pun merupakan pilar penopang dan asas utama bagi kehidupan bermasyarakat. Bila interaksi masyarakat yang terjalin antara individu dengan individu lainnya tidak dilandasi oleh kejujuran, maka ikatan masyarakat akan mudah terkoyak dan bahkan tidak akan pernah terjalin sama sekali. Karena itu, mungkinkah akan terjalin sebuah interaksi di antara individu yang hidup dan tinggal di suatu komunal atau masyarakat tertentu tanpa dilandasi oleh kejujuran? Jawabnya, tidak mungkin!

Baca Juga : Dimana saja Kita Harus Jujur ?

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.