Keutamaan Amar Ma’rūf dan Nahi Munkar


Amar ma’rūf dan nahi munkar adalah pilar agama yang banyak memiliki keutamaan dan kemuliaan. Di antaranya adalah:

1.Memperoleh pahala yang berlipat ganda.
Alloh   berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisik mereka, kecuali bisikan orang yang menyuruh untuk  memberi sedekah, atau berbuat ma’rūf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh, maka Kami akan memberinya pahala yang besar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 114)

Rosululloh   bersabda:
(( مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا ))
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang-orang  yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

2.Merupakan sebab terhindarnya umat dari bencana dan adzab.
Rosululloh   bersabda:
(( وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَتَأْمُرَنَّ بِالمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوَنَّ عَنِ المُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ ))
“Demi Alloh yang nyawaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh kepada yang ma’rūf dan mencegah dari yang mungkar, jika tidak niscaya Alloh akan mengirimkan adzab kepada kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya akan tetapi tidak dikabulkan.” (HR. al-Tirmidzi)

3.Merupakan sifat yang menonjol dari orang-orang yang beriman.
Amar ma’rūf dan nahi munkar adalah sifat asasi orang-orang yang beriman. Ia merupakan perwujudan dari aqidah al-walā’ wa al barā’ (cinta dan benci karena Alloh  ). Alloh   menyifati orang-orang yang beriman dengan sifat-sifat yang indah yaitu:

“Orang-orang yang beriman, baik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) kawan akrab bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada  yang ma’rūf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat rahmat dari Alloh.” (QS. at-Taubah [9]: 71)
Sebaliknya, tidak mencegah kemunkaran –meskipun dengan cara yang paling ringan, yaitu dengan hati– adalah bukti tidak adanya iman dalam hati seseorang.

Ketika Amar Ma’rūf  Ditinggalkan


Pada tahun-tahun terakhir ini bencana alam dan musibah kerap sekali melanda negeri kita ini. Gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor dan sebagainya saling susul menyusul. Bahkan semakin hari jaraknya semakin dekat dan malah bertubu-tubi. Musibah demi musibah tersebut telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Kerugian harta benda tidak terhitung lagi nilainya. 

Ketika rehabillitasi bangunan yang hancur akibat bencana-bencana tersebut belum selesai, kita dikejutkan lagi oleh sebuah musibah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu genangan lumpur panas di Sidoarjo dan sekitarnya yang kemudian dikenal dengan Lumpur Lapindo. Ini suatu peristiwa yang sebenarnya aneh. Tak lama setelah itu masyarakat dihantui lagi oleh sebuah virus yang mematikan dan cepat menular yaitu, virus antrak, flu burung, flu babi dan bahkan sempat tersiar adanya virus flu kuda.

Berbagai macam penelitian dan usaha keras telah dikerahkan untuk menanggulangi berbagai bencana tersebut. Berbagai analisa dari para ahli telah dilontarkan. Dana yang sangat besar dari pemerintah telah dianggarkan untuk mencegah dan mengantisipasi kejadian-kejadian itu.

Tetapi yang membuat kita terheran-heran adalah hampir tidak ada pihak yang mengatakan bahwa penyebab inti dari semua bencana tersebut adalah dosa-dosa kita yang terakumulasi (menumpuk) sehingga mengundang kemarahan Robbul ‘Izzati, Alloh  . Padahal dalam banyak ayat-ayat suci-Nya Alloh   telah menegaskan bahwa krisis apapun yang terjadi di muka bumi adalah disebabkan dosa-dosa dan kemaksiatan umat manusia. Kenapa kita tidak peka dan tanggap dengan peringatan demi peringatan yang disampaikan Alloh   kepada kita?

Dahulu ketika kaum Muslimin menderita kekalahan dalam perang Uhud, mereka bertanya-tanya tentang penyebab kekalahan tersebut. Maka Alloh   berfirman:
“Dan mengapakah ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud) sementara kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada peperangan Badar), kalian berkata: ‘Darimanakah datangnya (kekalahan) ini?’ Katakanlah: ‘Itu dari (kesalahan) kalian sendiri!’. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 165)

Ayat tersebut menegaskan bahwa penyebab kekalahan itu adalah kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin, yaitu para pemanah yang meninggalkan posnya sebelum datang perintah dari Rosululloh  . Padahal kalau kita perhatikan kesalahan yang dilakukan oleh kaum Muslimin dalam perang Uhud itu, bukanlah suatu dosa yang keji seperti zina, pesta miras atau riba. Kesalahan yang mereka lakukan adalah menyelisihi perintah Rosululloh   yang terkait dengan taktik dan strategi perang. Mereka menyangka bahwa perang telah usai sehingga mereka pun turun dari bukit Uhud sebelum ada perintah dari Rosululloh   . 

Lalu bagaimana kalau kita bandingkan dengan dosa-dosa yang nampak di depan mata kita. Tempat-tempat kemaksiatan dan prostitusi (pelacuran) dilindungi, peredaran miras menyebar dari kota sampai desa, aksi-aksi pornografi semakin berani –baik di televisi maupun di pentas-pentas terbuka–, sistem riba mewarnai dan bahkan mendominasi perekonomian kita, korupsi dan penyalahgunaan harta rakyat terus saja eksis, shalat-shalat jama’ah tidak lagi diperhatikan, bahkan mereka yang meninggalkan shalat juga tidak sedikit.

Para penantang dan penentang Alloh   dari anak-anak kaum Muslimin pun tambah menjamur di universitas-universitas kita. Di antara mereka ada yang berani menulis “kawasan bebas Tuhan”, ada pula seorang dosen yang berani menginjak-injak lafazh Alloh   di depan para mahasiswanya. Ada pula yang berani mengklaim bahwa al-Qur’an adalah produk budaya (intāj tsaqāfi) dan bukan wahyu yang suci. Dengan bangganya mereka mengusung paham Islam Liberal dan dengan congkak mereka mengklaim sebagai Muslim Liberal yang moderat, humanis, pluralis dan modern.

BACA JUGA : PENGERTIAN AMAR MA;RUF NAHI MUNKAR

Kelompok-kelompok sesat lainnya juga menjamur dengan pesat. Ada  yang mengaku sebagai nabi perempuan (Lia Eden) yang kemudian disusul dengan munculnya para pengaku nabi palsu yang bahkan semakin banyak. Hal ini masih ditambah lagi dengan tayangan televisi  yang menyajikan acara-acara mistik, klenik dan sihir. Ini semua adalah bencana aqidah yang sangat besar!

Semua kemunkaran-kemunkaran ini akan mengakibatkan keterpukuran duniawi dan keterpurukan ukhrawi (akhirat) sekaligus, yaitu siksa yang sangat pedih dan abadi di akhirat kelak dalam gejolak api neraka. Na’udzu billahi min dzalik.

Sebuah Perumpamaan
Rosululloh   bersabda:
(( مَثَلُ القَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ اللهِ وَالوَاقِعِ فِيْهَا، كَمَثَلِ قَوْمِ اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا، وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِيْنَ فِيْ أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرَوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِيْ نَصِيْبِنَا خَرْقاً وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعاً، وَإِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيْعاً ))

“Perumpamaan orang yang berdiri di atas larangan-larangan Alloh dan yang terjerumus di dalamnya, seperti kaum yang menaruh belas kasihan di atas kapal laut, sebagian mereka di atas dan sebagian lainnya di bawah. Orang yang berada di bawah kapal jika mencari air harus melewati orang yang berada di atasnya, mereka berkata: ‘Jika kita melubangi pada tempat kita sebuah lubang, maka tidak mengganggu orang yang di atas kita.’. Apabila mereka (yang di atas kapal) membiarkan keinginan mereka (yang di bawah) hancurlah semuanya. Dan apabila mereka mencegahnya, maka selamatlah semuanya.” (HR. al-Bukhari)

Dalam hadits di atas Rosululloh   mengumpamakan masyarakat dengan sebuah kapal. Di dalam masyarakat itu ada orang-orang yang shaleh dan ada pula orang-orang yang fasik. Kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang fasik itu sangat membahayakan keselamatan umat, ibarat melubangi dinding kapal yang sedang berlayar di lautan lepas. Jika orang-orang yang shaleh mendiamkan kemunkaran yang dilakukan oleh segelintir orang-orang fasik, maka adzab akan turun menimpa mereka semua. Akan tetapi jika mereka mencegah perbuatan orang yang bodoh itu, maka orang itu akan selamat dan masyarakat pun akan selamat pula. 

Sebuah kelalaian terhadap amar ma’rūf dan nahi munkar telah tersebar di tengah-tengah masyarakat. Sebagian orang mengira bahwa melaksanakan amar ma’rūf dan nahi munkar termasuk mencampuri urusan orang lain. Hal ini tidaklah benar. Kalaupun ia disebut campur tangan urusan orang lain, maka ia adalah campur tangan yang terpuji karena pada hakikatnya orang-orang yang beriman itu adalah masyarakat yang satu ibarat sebuah tubuh. 

Rosululloh   bersabda: 
(( تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِى تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى ))
“Engkau lihat orang-orang yang beriman itu dalam hal saling menyayangi, mencintai dan berempati sesama mreka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh tersebut sakit, maka seluruh jasadnya pun merasakan tidak dapat tidur dan demam.  (HR. al-Bukhari)

Ketika seseorang membiarkan saudaranya berbuat kemunkaran dan tidak mencegahnya berarti, ia tega melihat saudaranya tergelincir ke jurang neraka. Di samping itu, kemunkaran yang dilakukan oleh orang tersebut tidak hanya berbahaya bagi dirinya sendiri akan tetapi juga berbahaya bagi masyarakat seluruhnya.

Khalifah Rosululloh  , Abu Bakar   pernah mengingatkan kaum Muslimin tentang hal ini, ia berkata: 

 “Wahai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini namun meletakkannya tidak pada tempatnya:

 “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk.”  (QS. al-Ma’idah [5]: 105)

Padahal  aku telah mendengar Rosululloh   bersabda:  “Sesungguhnya apabila umat manusia melihat seorang berbuat kezhaliman lalu mereka tidak mencegahnya, maka telah dekat saatnya Alloh akan menimpakan kepada mereka adzab yang menyeluruh (merata).” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i dengan sanad yang shahih)

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.