syarat-syarat Laa Ilaaha Illalloh



Seusai melakukan kajian dan pembahasan mendalam terhadap dalil-dalil dari al-Qur'an dan As-Sunnah tentang laa ikla haailallah, maka para ulama menyimpulkan tentang syarat-syarat Laa Ilaaha Illalloh sebagai berikut: 

1. al-‘Ilmu.
al-‘Ilmu artinya adalah mengetahui makna kalimat Laa Ilaaha Illalloh, yaitu menunaikan peribadahan hanya kepada Alloh   semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Orang yang mengetahui makna Laa Ilaaha Illalloh  berarti  mengerti bahwa menyembelih, berkurban, minta perlindungan, minta pertolongan, takut, berharap, dan menggantungkan permasalahannya hanya kepada Alloh   semata. Ia tak percaya kepada dukun dan para normal sedikitpun.

Oleh karena itu orang yang mengucapkan tanpa memahami makna dan kandungannya, maka ia tidak dapat memetik manfaat sedikitpun. Ia laksana orang yang berbicara dengan bahasa tertentu, akan tetapi tidak mengerti arti ucapannya.

       Alloh   berfirman:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang hak selain Alloh dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.”  (QS. Muhammad [47]: 19)2. al-Yaqin.
al-Yaqin lawan kata dari bimbang atau ragu-ragu. Seyogyanya seorang yang mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh meyakini sepenuhnya tanpa ragu dan bimbang sedikitpun terhadap kandungan kalimat ini, yaitu beribadah kepada Alloh   semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. 

Apabila seorang hamba yang berucap kalimat ini ragu bahwa Alloh satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi, bimbang bahwa Alloh   adalah Dzat yang berhak dimintai perlindungan dan pertolongan, tidak yakin bahwa Alloh   Dzat tunggal yang ditawakkali hingga ia pergi ke dukun atau para normal, maka ucapan kalimat syahadatnya tidak berfaidah dan tak  berfungsi sedikitpun.
Alloh   berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu.” (QS. Hujurat [49]: 15)

   Rosululloh   bersabda:
 ))مَنْ لَقِيْتَ وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ مُسْتَيْقِنًا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ (( 
“Barangsiapa yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahwa tiada Ilah selain Alloh dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) surga.” (HR. Bukhori)

3. Ikhlas.
       Ikhlas artinya memurnikan peribadatan hanya untuk Alloh   semata tanpa tercampur dengan noda-noda kesyirikan sedikitpun. 
       Orang yang berucap kalimat Laa Ilaaha Illalloh  harus membersihkan dan memurnikan amal shalehnya dari seluruh kesyirikan.
        Tujuannya dalam melaksanakan ibadah hanya mengharapkan pahala dan balasan Alloh   semata. Ia sholat berharap pahala bukan sanjungan dari manusia. Ia berpuasa tak menginginkan pujian dari sesama saudaranya. Ia menunaikan ibadah haji bukan karena ingin menyandang status gelar haji. Begitu pula, dalam seluruh amal peribadatan yang ia lakukan seemata-mata mengharap ridho Alloh   dan balasan-Nya.

Alloh   berfirman:
“Maka sembahlah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar  [39]: 2)

Rosululloh   bersabda:
 ))فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ ((
“Sesungguhnya Alloh mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh  karena menginginkan ridho Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim)

4.ash-Shidqu.
ash-shidqu artinya kejujuran tanpa disertai kedus-taan. Banyak sekali yang mengucapkan kalimat ini akan tetapi tidak meyakini kandungan kalimat ini dalam hatinya. 

Dengan demikian, orang yang mengucapkan kalimat syahadat harus adanya kejujuran dari lubuk hatinya serta apa yang diyakini dalam hatinya harus sesuai dengan apa yang diucapkan dengan lisannya.

Saat orang mengucapkan laa ilaha illalloh, maka hatinyapun harus membenarkan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Alloh    semata.

Alloh   berfirman:
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut  [29]: 1-3)

Manakala mengucapkan kalimat laa ilaaha illalah, akan tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah orang munafik lagi pendusta.
Alloh   berfirman:

“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Alloh dan hari kemudian!”, Pada hal, mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Alloh penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, di-sebabkan mereka berdusta.” (QS. al-Baqoroh [2]: 8-10)

5. al-Mahabbah.
al-mahabbah artinya mencintai kalimat Laa Ilaaha Illalloh dan kandungannya.
Seorang muslim harus mencintai kalimat Laa Ilaaha Illalloh dan kandungan kalimat ini, yaitu beribadah kepada Alloh semata dan tidak menyekutukannya. Ia pun harus mencintai orang-orang yang melaksanakan dan komitmen di atas kalimat ini serta membenci orang-orang yang menyimpang dari pengamalan Laa Ilaaha Illalloh.

Alloh   berfirman:

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman amat besar cintanya kepada Alloh.” (QS. al-Baqoroh [2]: 165)

Apabila seorang Muslim membenci kandungan kalimat Laa Ilaaha Illalloh, maka pada hakikatnya ia bukanlah seorang muslim sebagaimana firman Alloh  :

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Alloh (al-Qur’an) lalu Alloh menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad [47]: 9)

6. al-Inqiyad
al-Inqiyad artinya tunduk dan patuh lawan dari membangkang dan meninggalkan. 
Seorang muslim harus tunduk dan patuh dalam melaksanakan kandungan kalimat laa ilaaha ilalloh, yaitu beribadah kepada Alloh   semata dan tidak menyekutukan-Nya.

Barangsiapa yang berucap kalimat syahadat dan ia mengetahui maknanya, akan tetapi tidak tunduk terhadap kandungan dan konsekuensi kalimat sya-hadat, maka kalimat syahadat yang ia ucapkan tidak memiliki faidah sedikitpun.

Alloh   berfirman:
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang ia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpe-gang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Alloh-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman [31]: 22)

7. al-Qobul.
al-Qobul artinya menerima apa adanya tanpa menolak. Seorang muslim menerima dengan hati dan lisannya kandungan kalimat Laa Ilaaha Illalloh , yaitu beribadah kepada Alloh   semata dan tidak menye-kutukan-Nya.

Apabila seorang muslim menolak kandungan kalimat ini disebabkan kesombongan, atau hasad atau fanatik kepada nenek moyang atau faktor lain, maka kalimat ini tidak bermanfaat bagi dirinya. Keadaan demikian sama halnya dengan orang-orang musyrik yang Alloh   berfirman kepada mereka:

 “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa Ilaaha Illalloh ” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus me-ninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. ash-Shaffaat. [37]: 35-36)

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.